Kerang Abalon (Haliotis asinina)
1.
Klasifikasi Kerang Abalon
Class : Gastropoda
Sub Class : Orthogastropoda
Ordo : Vetigastropoda
Super Family : Pleurotomarioidea
Family : Haliotidae
Genus : Haliotis
Species : Haliotis asinina
2.
Biologi Kerag Abalon
Kerang abalon memiliki satu cangkang yang terletak pada bagian atas. Pada
cangkang tersebut terdapat lubang-lubang dalam jumlah yang sesuai dengan ukuran
abalon, semakin besar ukuran kerang abalon maka semakin banyak lubang yang
terdapat pada cangkang. Lubang-lubang tersebut tertata rapi mulai dari ujung
depan hingga belakang cangkang. Kerang abalon juga mempunyai mulut dan sungut
yang terletak di bawah cangkang serta sepasang mata.
Gambar 1. Alat pencernaan kerang abalon.
Bagian-bagian
lain dari kerang abalon dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar
2. Bagian-bagian tubuh kerang abalon.
3.
Habitat dan Tingkah Laku
Kerang Abalon biasa ditemukan pada daerah yang berkarang yang sekaligus
dipergunakan sebagai tempat menempel. Kerang abalon bergerak dan berpindah
tempat dengan menggunakan satu organ yaitu kaki. Gerakan kaki yang sangat
lambat sangat memudahkan predator untuk memangsanya.
Pada siang hari atau suasana terang, kerang abalon lebih cenderung
bersembunyi di karang-karang dan pada suasana malam atau gelap lebih aktif
melakukan gerakan berpindah tempat. Ditinjau dari segi perairan,
kehidupan kerang abalon sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Secara umum,
spesies kerang abalon mempunyai toleransi terhadap suhu air yang berbeda-beda,
contoh; H. kamtschatkana dapat hidup dalam air yang lebih dingin
sedangkan H. asinina dapat hidup dalam air bersuhu tinggi (300C).
Parameter kualitas air yang lainnya yaitu, pH antara 7-8, Salinitas 31-32ppt,
HS dan NH3 kurang dari 1ppm serta oksigen terlarut lebih dari 3ppm.
Penyebaran kerang abalon sangat terbatas. Tidak semua pantai yang berkarang
terdapat kerang abalon. Secara umum, kerang abalon tidak ditemukan di daerah
estuaria yaitu pertemuan air laut dan tawar yang biasa terjadi di muara sungai.
Ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adanya air tawar
sehingga fluktuasi salinitas yang sering terjadi, tingkat kekeruhan air yang
lebih tinggi dan kemungkinan juga karena konsentrasi oksigen yang rendah.
4.
Makanan Kerang Abalon
Kerang abalon merpakan hewan herbivore, yaitu hewan pemakan tumbuh-tumbuhan
dan aktif makan pada suasana gelap. Jenis makanannya adalah seaweed yang biasa disebut makro
alga. Jenis seaweed/makro alga yang tumbuh dilaut sangat beraneka ragam. Secara
garis besar ada 3 golongan seaweed/makro alga yang hidup di laut, yaitu; 1)
makro alga merah (Red seaweeds), 2) alga coklat (Brown seaweeds),
dan 3) alga hijau (Green seaweed). Ketiga golongan
tersebut terbagi atas beberapa jenis dan beraneka ragam.
Keragaman tersebut tidak semuanya dapat dimanfaatkan kerang abalon sebagai
makanannya. Berikut ini spesies/jenis seaweed yang dapat dimanfaatkan kerang abalon
sebagai makanannya, yaitu:
a. Makro alga merah, yaitu:
- Corallina
- Lithothamnium
- Gracilaria
- Jeanerettia
- Porphyra
b. Makro alga coklat:
- Ecklonia
- Laminaria
- Macrocystis
- Nereocystis
- Undaria
- Sargasum
c. Makro alga hijau, seperti Ulva
5.
Hama dan Penyakit
Beberapa kasus gangguan kesehatan baik yang disebabkan oleh pathogen atau
non pathogen dan lingkungan yang sering dihadapi dalam kegiatan pembenihan
abalon. Namun demikian upaya mengidentifikasi penyebab dari gangguan tersebut
belum dilakukan lebih terperinci. Beberapa
diantaranya adalah:
- Terjadi kematian yang berturut-turut pada induk yang
baru diperoleh dari pengumpul. Hal ini disebabkan oleh kondisi abalon yang
stress akibat penanganan (pengambilan dari habitatnya). Kondisi induk yang
terluka/lecet pada bagian otot kaki (ditandai deng`n warna garis-garis
putih) biasanya akan cepat mati. Sedangkan yang tidak diikuti luka,
pemulihan akan terjadi setelah kurang lebih satu minggu pada kondisi
lingkungan yang baik (sirkulasi air selama 24 jam)
- Serangan protozoa pada stadia telur sampai
trocophore. Protozoa akan menyerang permukaan luar telur hingga bagian
dalam. Akibatnya telur tidfak berkembang dengan sempurna. Hal ini lebih
disebabkan oleh kondisi lingkungan bak pemijahan yang tidak bersih (banyak
kotoran baik endapan dari sedimen ataupun sisa metabolisma atau terbawa
pakan induk). Hal yang perlu diperhatikan adalah system filtrasi air ke
bak pemijahan sebaiknya menggunakan catridge filter (I) 20-50 micron ke
(II) 1-5 micron.
- Kematian larva D6-D7 menjelang fase menempel pada
substart (settling), masa tersebut dapat dikatakan masa kritis. Karena
kondisi larva yang masih kecil, mortalitas dapat mencapai 100 persen.
Larva yang selamat dan menempel pada substrat yang ditumbuhi benthic
diatom biasanya peluang hidupnya besar.
- Serangan kompetitor maupun predator di bak
pemeliharaan larva atau induk seperti siput, kepiting, bintang laut,
ubur-ubur, dan cacing, dapat merugikan terutama bila kondisi larva masih
sangat kecil. Untuk gangguan yang disebabkan oleh hama/ binatang seperti
di atas, penanganan secara manual secara rutin dapat mengatasi masalah
tersebut cukup efektif.
a.
Hama
Hama merupakan hewan pengganggu dan pemangsa dalam budidaya kerang abalon.
Jenis hama yang terdapat dalam wadah budidaya kerang abalon diberdakan menjadi
3 golongan, yaitu; 1) hama pengganggu; 2) penyaing; dan 3) pemangsa/predator.
Diantara ke tiga golongan hama tersebut, predator merupakan hama yang sangat
berbahaya terhadap kehidupan kerang abalon.
Gerakan kerang abalon yang lambat sangat memudahkan predator-predator untuk
dapat memangsanya. Jenis
predator yang sering dijumpai dalam wadah budidaya kerang abalon adalah kepiting-kepiting
laut. Sedangkan hama yang lain seperti udang-udangan dan kerang-kerang laut
menjadi pengganggu dan penyaing ruang gerak serta makanan. Contoh; teritip.
Teritip harus selalu dibersihkan sebagai tindakan pencegahan akan
terjadinya luka, karena cangkangnya yang runcing dan tajam. Teritip akan
menjadi masalah jika terdapat dalam jumlah banyak pada substrak, selain sebagai
penyaing oksigen juga akan menyulitkan kerang abalon untuk bergerak leluasa dan
bahkan dapat tumbuh pada cangkang kerang abalon (Gambar 3).
Gambar 3. Teritip yang menempel pada substrak dan
cangkang.
Masuknya hama dapat melalui lubang-lubang yang terdapat pada wadah ataupun
melalui makanan yang diberikan. Oleh karena itu, tindakan penanggulangan dan
pemberantasan perlu dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Pakan yang diberikan harus dalam keadaan bersih dari
partikel yang melekat ataupu hewan lainnya.
- Pengontrolan dalam wadah budidaya secara
kontinyu/periodik.
- Pemusnahan hama yang ditemukan didalam maupun diluar
wadah budidaya.
- Pengontrolan
terhadap keadaan wadah.
b. Penyakit
Penyakit
merupakan suatu hal yang sangat mengkwatirkan dalam keberhasilan kegiatan
budidaya. Penyakit pada kerang abalon akan timbul saat kondisi kerang abalon
menurun akibat adanya perubahan suatu keadaan tertentu, seperti lingkungan yang
kotor menyebabkan kualitas air menurun yang menimbulkan stress pada kerang
abalon atau penanganan yang kurang hati-hati yang dapat menimbulkan luka. Pada
keadaan seperti ini, kerang abalon sangat riskan terhadap serangan penyakit.
Pada metode
KJA, penyebab lingkungan yang kotor sering kali disebabkan oleh pemberian pakan
yang terlalu banyak. Pakan tersebut akan membusuk jika tidak habis dalam waktu
3-4 hari. Oleh karena itu, pemberian pakan yang berlebihan harus dihindari
serta kesegaran pakan yang diberikan tetap terjamin.
Penyakit yang menyerang kerang abalon, saat masih terus di identifikasi
untuk mengetahui penyebabnya. Salah satu gejala yang ditimbulkan adalah
timbulnya warna merah seperti karat pada bagian selaput gonad (bagian bawah
cangkang). Kerang abalon yang mengalami gejala ini, dalam waktu 5-6 hari
lapisan selaput akan sobek, nampak lemas dan jika dipegang sangat lembek (tidak
dapat merespon ransangan luar) yang akhirnya mengalami kematian. Tindakan
pencegahan yang telah dilakukan saat ini adalah tindakan karantina atau pemisahan
pada tempat khusus sebelum selaput gonad sobek/terpisah dari cangkang, kemudian
dilakukan tindakan pengobatan dengan cara pengolesan acriflavin atau betadine
dalam dosis tinggi (500ppm) pada selaput tersebut secara kontinyu selama 3
hari. Tindakan
ini juga dilakukan pada kerang abalon yang mengalami luka.
Gambar 4. Gejala kerang abalon yang sakit, dicirikan oleh
innerlip-nya
6.
Predator Abalon Di Alam
Dalam kehidupannya di alam, abalon menghadapi
ancaman dari berbagai macam predator. Telur dan larva abalon biasanya ikut termakan oleh hewan
pemakan plankton (plankton feeder). Pada fase juvenile, ketika mereka aktif di
malam hari hewan-hewan seperti kepiting, lobster, bintang laut, ikan-ikan
karang dan siput. Selain itu abalon yang hidup di perairan dangkal juga
menghadapi ancaman dari ombak besar yang menghantam karang.
Abalon yang berukuran besar tidak dapat dimangsa oleh
predator yang memangsanya pada saat masih berukuran kecil, tetapi masih ada
pemangsa lain yang tidak kalah pentingnya. Beberapa jenis
ikan karang besar dapat memangsa abalon dengan sekali telan seluruhnya.
7.
Strategi Penanggulangan Penyakit
Serangan penyakit terjadi karena adanya ketidakseimbangan
antara inang (hewan yang dipelihara), lingkungan budidaya dan pathogen.
Penyakit dapat menyerang bila kondisi inang yang lemah (akibat stress atau
kurang pakan) atau terluka akibat handling dan tidak segera ditangani. Penyakit
juga dapat menyerang bila kondisi lingkungan (di perairan maupun pada suatu
unit budidaya) dalam kondisi yang buruk sehingga memungkinkan untuk
perkembangbiakan pathogen.
Biosecurity (keamanan biologi):
usaha mengurangi masuknya pathogen ke lingkungan budidaya dan mencegah
penyebarannya ke tempat lain.
Oleh karena itu, tindakan pencegahan merupakan tindakan yang sangat tepat
sebagai langkah awal dalam meningkatkan keberhasilan budidaya kerang abalon. Tindakan-tindakan
pencegahan terhadap penyakit dapat dilakukan dalam beberapa cara, yaitu:
- Hindari
pemberian pakan yang berlebih
- Pakan yang diberikan dalam keadaan segar dan bersih.
- Pakan yang telah rusak/busuk segera dibuang dari
wadah budidaya.
- Hindari luka akibat penanganan, baik saat pergantian
wadah maupun saat melepas dari substrak serta hindari penanganan yang
dapat menimbulkan stress.
- Gunakan bahan yang elastis untuk melepas kerang abalon
dari substrak.
- Ganti wadah dan bersihkan substrak dari biota yang
menempel, seperti teritip.
- Ketersediaan pakan dalam wadah budidaya selalu
tersedia dan dalam jumlah yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2008. New
closure to help keep abalone disease out of NSW. http://www.dpi.nsw.gov.au/fisheries/recreational/abalone-disease-closure.
diakses tanggal 13 Desember 2008 pukul 15.05 WIB.
Daniri, A. 2008. Banten,
Sentra Budidaya Kekerangan Di Indonesia.
http://www.madani-ri.com/2006/03/15/banten-sentra-budidaya-kekerangan-di-indonesia.
diakses tanggal 13 Desember 2008 pukul
15.05 WIB.
Sofyan Y., A. Pi, B. Irwansyah, A. Pi, Rukriadi, dan A.
Yana. 2005. Pembenihan Abalon (Haliotis
Asinina) Di Balai Budidaya Laut Lombok .
Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
Balai Budidaya Laut Lombok.
Tisna, K. 2008. Pemeliharaan Kerang Abalon (Haliotis
asinina) Dengan Metode Pen-Culture (Kurungan Tancap) dan KJA (Keramba Jaring
Apung). http://kekerangan.blogspot.com/2008/08/pemeliharaan-kerang-abalone-haliotis.html.
diakses tanggal 10 Desember 2008 pukul 12.40 WIB.
No comments:
Post a Comment