Thursday, October 11, 2012

Kerang Abalon



Kerang Abalon (Haliotis asinina)


1.          Klasifikasi Kerang Abalon












Klasifikasi abalon adalah sebagai berikut :
Class                       : Gastropoda
Sub Class              : Orthogastropoda
Ordo                        : Vetigastropoda
Super Family         : Pleurotomarioidea
Family                     : Haliotidae
Genus                     : Haliotis
Species                   : Haliotis asinina


2.          Biologi Kerag Abalon
Kerang abalon memiliki satu cangkang yang terletak pada bagian atas. Pada cangkang tersebut terdapat lubang-lubang dalam jumlah yang sesuai dengan ukuran abalon, semakin besar ukuran kerang abalon maka semakin banyak lubang yang terdapat pada cangkang. Lubang-lubang tersebut tertata rapi mulai dari ujung depan hingga belakang cangkang. Kerang abalon juga mempunyai mulut dan sungut yang terletak di bawah cangkang serta sepasang mata.




Gambar 1. Alat pencernaan kerang abalon.




Bagian-bagian lain dari kerang abalon dapat dilihat pada gambar berikut ini:


Gambar 2. Bagian-bagian tubuh kerang abalon.


3.          Habitat dan Tingkah Laku
Kerang Abalon biasa ditemukan pada daerah yang berkarang yang sekaligus dipergunakan sebagai tempat menempel. Kerang abalon bergerak dan berpindah tempat dengan menggunakan satu organ yaitu kaki. Gerakan kaki yang sangat lambat sangat memudahkan predator untuk memangsanya.

Pada siang hari atau suasana terang, kerang abalon lebih cenderung bersembunyi di karang-karang dan pada suasana malam atau gelap lebih aktif melakukan gerakan berpindah tempat. Ditinjau dari segi perairan, kehidupan kerang abalon sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Secara umum, spesies kerang abalon mempunyai toleransi terhadap suhu air yang berbeda-beda, contoh; H. kamtschatkana dapat hidup dalam air yang lebih dingin sedangkan H. asinina dapat hidup dalam air bersuhu tinggi (300C). Parameter kualitas air yang lainnya yaitu, pH antara 7-8, Salinitas 31-32ppt, HS dan NH3 kurang dari 1ppm serta oksigen terlarut lebih dari 3ppm.

Penyebaran kerang abalon sangat terbatas. Tidak semua pantai yang berkarang terdapat kerang abalon. Secara umum, kerang abalon tidak ditemukan di daerah estuaria yaitu pertemuan air laut dan tawar yang biasa terjadi di muara sungai. Ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adanya air tawar sehingga fluktuasi salinitas yang sering terjadi, tingkat kekeruhan air yang lebih tinggi dan kemungkinan juga karena konsentrasi oksigen yang rendah.

4.          Makanan Kerang Abalon
Kerang abalon merpakan hewan herbivore, yaitu hewan pemakan tumbuh-tumbuhan dan aktif makan pada suasana gelap. Jenis makanannya adalah seaweed yang biasa disebut makro alga. Jenis seaweed/makro alga yang tumbuh dilaut sangat beraneka ragam. Secara garis besar ada 3 golongan seaweed/makro alga yang hidup di laut, yaitu; 1) makro alga merah (Red seaweeds), 2) alga coklat (Brown seaweeds), dan 3) alga hijau (Green seaweed). Ketiga golongan tersebut terbagi atas beberapa jenis dan beraneka ragam.

Keragaman tersebut tidak semuanya dapat dimanfaatkan kerang abalon sebagai makanannya. Berikut ini spesies/jenis seaweed yang dapat dimanfaatkan kerang abalon sebagai makanannya, yaitu:

a. Makro alga merah, yaitu:
- Corallina
- Lithothamnium
- Gracilaria
- Jeanerettia
- Porphyra
b. Makro alga coklat:
- Ecklonia
- Laminaria
- Macrocystis
- Nereocystis
- Undaria
- Sargasum
c. Makro alga hijau, seperti Ulva

5.          Hama dan Penyakit
Beberapa kasus gangguan kesehatan baik yang disebabkan oleh pathogen atau non pathogen dan lingkungan yang sering dihadapi dalam kegiatan pembenihan abalon. Namun demikian upaya mengidentifikasi penyebab dari gangguan tersebut belum dilakukan lebih terperinci. Beberapa diantaranya adalah:

  • Terjadi kematian yang berturut-turut pada induk yang baru diperoleh dari pengumpul. Hal ini disebabkan oleh kondisi abalon yang stress akibat penanganan (pengambilan dari habitatnya). Kondisi induk yang terluka/lecet pada bagian otot kaki (ditandai deng`n warna garis-garis putih) biasanya akan cepat mati. Sedangkan yang tidak diikuti luka, pemulihan akan terjadi setelah kurang lebih satu minggu pada kondisi lingkungan yang baik (sirkulasi air selama 24 jam)

  • Serangan protozoa pada stadia telur sampai trocophore. Protozoa akan menyerang permukaan luar telur hingga bagian dalam. Akibatnya telur tidfak berkembang dengan sempurna. Hal ini lebih disebabkan oleh kondisi lingkungan bak pemijahan yang tidak bersih (banyak kotoran baik endapan dari sedimen ataupun sisa metabolisma atau terbawa pakan induk). Hal yang perlu diperhatikan adalah system filtrasi air ke bak pemijahan sebaiknya menggunakan catridge filter (I) 20-50 micron ke (II) 1-5 micron.

  • Kematian larva D6-D7 menjelang fase menempel pada substart (settling), masa tersebut dapat dikatakan masa kritis. Karena kondisi larva yang masih kecil, mortalitas dapat mencapai 100 persen. Larva yang selamat dan menempel pada substrat yang ditumbuhi benthic diatom biasanya peluang hidupnya besar.

  • Serangan kompetitor maupun predator di bak pemeliharaan larva atau induk seperti siput, kepiting, bintang laut, ubur-ubur, dan cacing, dapat merugikan terutama bila kondisi larva masih sangat kecil. Untuk gangguan yang disebabkan oleh hama/ binatang seperti di atas, penanganan secara manual secara rutin dapat mengatasi masalah tersebut cukup efektif.

a.   Hama
Hama merupakan hewan pengganggu dan pemangsa dalam budidaya kerang abalon. Jenis hama yang terdapat dalam wadah budidaya kerang abalon diberdakan menjadi 3 golongan, yaitu; 1) hama pengganggu; 2) penyaing; dan 3) pemangsa/predator. Diantara ke tiga golongan hama tersebut, predator merupakan hama yang sangat berbahaya terhadap kehidupan kerang abalon.

Gerakan kerang abalon yang lambat sangat memudahkan predator-predator untuk dapat memangsanya. Jenis predator yang sering dijumpai dalam wadah budidaya kerang abalon adalah kepiting-kepiting laut. Sedangkan hama yang lain seperti udang-udangan dan kerang-kerang laut menjadi pengganggu dan penyaing ruang gerak serta makanan. Contoh; teritip.

Teritip harus selalu dibersihkan sebagai tindakan pencegahan akan terjadinya luka, karena cangkangnya yang runcing dan tajam. Teritip akan menjadi masalah jika terdapat dalam jumlah banyak pada substrak, selain sebagai penyaing oksigen juga akan menyulitkan kerang abalon untuk bergerak leluasa dan bahkan dapat tumbuh pada cangkang kerang abalon (Gambar 3).


Gambar 3. Teritip yang menempel pada substrak dan cangkang.

Masuknya hama dapat melalui lubang-lubang yang terdapat pada wadah ataupun melalui makanan yang diberikan. Oleh karena itu, tindakan penanggulangan dan pemberantasan perlu dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  1. Pakan yang diberikan harus dalam keadaan bersih dari partikel yang melekat ataupu hewan lainnya.
  2. Pengontrolan dalam wadah budidaya secara kontinyu/periodik.
  3. Pemusnahan hama yang ditemukan didalam maupun diluar wadah budidaya.
  4. Pengontrolan terhadap keadaan wadah.

b.   Penyakit
Penyakit merupakan suatu hal yang sangat mengkwatirkan dalam keberhasilan kegiatan budidaya. Penyakit pada kerang abalon akan timbul saat kondisi kerang abalon menurun akibat adanya perubahan suatu keadaan tertentu, seperti lingkungan yang kotor menyebabkan kualitas air menurun yang menimbulkan stress pada kerang abalon atau penanganan yang kurang hati-hati yang dapat menimbulkan luka. Pada keadaan seperti ini, kerang abalon sangat riskan terhadap serangan penyakit.

Pada metode KJA, penyebab lingkungan yang kotor sering kali disebabkan oleh pemberian pakan yang terlalu banyak. Pakan tersebut akan membusuk jika tidak habis dalam waktu 3-4 hari. Oleh karena itu, pemberian pakan yang berlebihan harus dihindari serta kesegaran pakan yang diberikan tetap terjamin.

Penyakit yang menyerang kerang abalon, saat masih terus di identifikasi untuk mengetahui penyebabnya. Salah satu gejala yang ditimbulkan adalah timbulnya warna merah seperti karat pada bagian selaput gonad (bagian bawah cangkang). Kerang abalon yang mengalami gejala ini, dalam waktu 5-6 hari lapisan selaput akan sobek, nampak lemas dan jika dipegang sangat lembek (tidak dapat merespon ransangan luar) yang akhirnya mengalami kematian. Tindakan pencegahan yang telah dilakukan saat ini adalah tindakan karantina atau pemisahan pada tempat khusus sebelum selaput gonad sobek/terpisah dari cangkang, kemudian dilakukan tindakan pengobatan dengan cara pengolesan acriflavin atau betadine dalam dosis tinggi (500ppm) pada selaput tersebut secara kontinyu selama 3 hari. Tindakan ini juga dilakukan pada kerang abalon yang mengalami luka.


Gambar 4. Gejala kerang abalon yang sakit, dicirikan oleh innerlip-nya


6.          Predator Abalon Di Alam
            Dalam kehidupannya di alam, abalon menghadapi ancaman dari berbagai macam predator. Telur dan larva abalon biasanya ikut termakan oleh hewan pemakan plankton (plankton feeder). Pada fase juvenile, ketika mereka aktif di malam hari hewan-hewan seperti kepiting, lobster, bintang laut, ikan-ikan karang dan siput. Selain itu abalon yang hidup di perairan dangkal juga menghadapi ancaman dari ombak besar yang menghantam karang.

            Abalon yang berukuran besar tidak dapat dimangsa oleh predator yang memangsanya pada saat masih berukuran kecil, tetapi masih ada pemangsa lain yang tidak kalah pentingnya. Beberapa jenis ikan karang besar dapat memangsa abalon dengan sekali telan seluruhnya.


7.            Strategi Penanggulangan Penyakit
            Serangan penyakit terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara inang (hewan yang dipelihara), lingkungan budidaya dan pathogen. Penyakit dapat menyerang bila kondisi inang yang lemah (akibat stress atau kurang pakan) atau terluka akibat handling dan tidak segera ditangani. Penyakit juga dapat menyerang bila kondisi lingkungan (di perairan maupun pada suatu unit budidaya) dalam kondisi yang buruk sehingga memungkinkan untuk perkembangbiakan pathogen.

            Biosecurity (keamanan biologi): usaha mengurangi masuknya pathogen ke lingkungan budidaya dan mencegah penyebarannya ke tempat lain.

Oleh karena itu, tindakan pencegahan merupakan tindakan yang sangat tepat sebagai langkah awal dalam meningkatkan keberhasilan budidaya kerang abalon. Tindakan-tindakan pencegahan terhadap penyakit dapat dilakukan dalam beberapa cara, yaitu:

  1. Hindari pemberian pakan yang berlebih
  2. Pakan yang diberikan dalam keadaan segar dan bersih.
  3. Pakan yang telah rusak/busuk segera dibuang dari wadah budidaya.
  4. Hindari luka akibat penanganan, baik saat pergantian wadah maupun saat melepas dari substrak serta hindari penanganan yang dapat menimbulkan stress.
  5. Gunakan bahan yang elastis untuk melepas kerang abalon dari substrak.
  6. Ganti wadah dan bersihkan substrak dari biota yang menempel, seperti teritip.
  7. Ketersediaan pakan dalam wadah budidaya selalu tersedia dan dalam jumlah yang cukup.





DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. New closure to help keep abalone disease out of NSW. http://www.dpi.nsw.gov.au/fisheries/recreational/abalone-disease-closure. diakses tanggal 13 Desember 2008 pukul 15.05 WIB.
Daniri, A. 2008. Banten, Sentra Budidaya Kekerangan Di Indonesia. http://www.madani-ri.com/2006/03/15/banten-sentra-budidaya-kekerangan-di-indonesia. diakses tanggal 13 Desember 2008 pukul 15.05 WIB.
Sofyan Y., A. Pi, B. Irwansyah, A. Pi, Rukriadi, dan A. Yana. 2005. Pembenihan Abalon (Haliotis Asinina) Di Balai Budidaya Laut Lombok. Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut Lombok.
Tisna, K. 2008. Pemeliharaan Kerang Abalon (Haliotis asinina) Dengan Metode Pen-Culture (Kurungan Tancap) dan KJA (Keramba Jaring Apung). http://kekerangan.blogspot.com/2008/08/pemeliharaan-kerang-abalone-haliotis.html. diakses tanggal 10 Desember 2008 pukul 12.40 WIB.

No comments: