Metode Budidaya Abalon (H. asinina)
Berdasarkan pada metode budidaya, H.
asinina dapat dikembangkan dengan beberapa metode, diantaranya 1). Metode
pen-culture (kurungan tancap) dan 2). Metode Keramba Jaring Apung (KJA). Pada
kedua metode ini memiliki spesifikasi yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari
persyaratan lokasi dari ke dua metode, yaitu:
a. Metode Pen-Culture
Persyaratan lokasi untuk budidaya kerang abalone dengan metode pen-culture
adalah sebagai berikut:
- Daerah pantai
dengan curah hujan rendah
Lokasi sebaiknya mempunyai curah hujan rendah sepanjang tahun, hal ini
untuk menghindari fluktuasi parameter air laut terutama salinitas yang
mencolok. Pada daerah curah hujan tinggi akan berdanpak sangat buruk pada saat
air surut, yaitu air hujan akan tergenang pada lokasi pen-culture, akibatnya
salinitas akan turun secara drastis. Apabila hal ini berlangsung cukup lama
akan menimbulkan stress dan membahayakan kehidupan kerang abalone dan berujung
pada kematian.
- Daerah pantai
yang jauh/tidak ada muara sungai.
Hal ini bertujuan untuk menghindari abrasi air tawar yang dapat
mengakibatkan perubahan kualitas air, terutama salinitas serta partikel dan
limbah yang terbawa oleh arus sungai. Keadaan sperti ini memberikan danpak yang
buruk terhadap kehidupan kerang abalone. Oleh karena itu, daerah ini sebaiknya
tidak dijadikan lokasi buddiaya kerang abalone.
- Keadaan pantai
yang landai/datar (tidak curam/terjal).
Kedaan pantai yang landai/datar akan memudahkan dalam membangun konstruksi
pen-culture, demikian sebaliknya, pada daerah pantai yang terjal akan
mengakibatkan sulitnya menempatkan konstruksi/wadah budidaya.
- Dasar pantai pasir berkarang dan terdapat alga laut
yang tumbuh (ex: padang lamun)
Pemilihan lokasi yang seperti ini untuk mendekatkan keadaan wadah budidaya
dalam bentuk habitat asli kerang abalone. Selain itu, pada daerah berpasir
suspensi atau partikel lumpur dalam badan air sangat sedikit sehingga kejernihan
air tetap terjamin. Adanya alga yang tumbuh pada daerah tersebut akan menjadi
tolak ukur untuk kesinambungan ketersediaan pakan serta kelangsungan hidup
pakan yang akan diberikan seperti Gracilaria sp. Sebaliknya, pada daerah
berlumpur akan terus terjadi kekeruhan akibat partikel tanah yang terbawa dalam
badan air yang dapat menimbulkan endapan/sedimen yang pada akhirnya
membahayakan kehidupan kerang abalone yaitu kerang abalone dapat tertimbun
dalam endapan tersebut sehingga menyulitkan untuk memperoleh oksigen yang
akhirnya tingkat mortalitas menjadi tinggi.
- Ketinggian air saat surut terendah.
Pada saat surut terendah, sebaiknya lokasi tetap pada daerah yang tergenang
air, jika lokasi terletak pada daerah pantai yang kering, maka bagian dalam pen-culture
harus digali dengan kedalaman minimal 10-15cm dengan tujuan untuk
mempertahankan genangan air saat surut terendah. Hal ini bertujuan untuk
menghindari perubahan suhu yang sangat mencolok dan menghindari kekeringan pada
kerang abalone yang dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian.
- Mudah dijangkau dan diawasi.
Lokasi harus mudah dijangkau (dekat dengan tempat tinggal), bertujuan untuk
memudahkan pengawasan setiap saat, terutama kerusakan konstruksi atau hal lain
yang dapat menimbulkan kerugian dan membahayakan kehidupan kerang abalone,
seperti; adanya predator. Selain itu, dekatnya lokasi juga merupakan tindakan
pengamanan yang tepat.
- Gelombang/ombak pantai yang tidak terlalu besar
Daerah pantai yang dijadikan lokasi harus terlindung dari hempasan ombak
yang cukup besar, bertujuan untuk menghindari kerusakan pada wadah/konstruksi
pen-culture. Hal lain, lokasi yang meliliki ombak besar maka usia ekonomis
sarana akan menjadi pendek serta akan menambah biaya dalam konstruksi yang harus
dibuat kokoh serta perbaikan, tentunya hal ini akan memperkecil margin
keuntungan dan bahkan dapat mengakibatkan kerugian.
b. Metode KJA
Pemilihan lokasi budidaya kerang abalone dengan metode KJA pada prinsipnya
sama dengan pemilihan lokasi pada budidaya ikan kerapu bebek (Cromileptes
altivelis) dengan sistim KJA. Oleh karena itu, budidaya kerang abalone
dapat dilakukan secara bersama dengan ikan kerapu bebek dalam jaring yang
berbeda ataupun terpisah. Adapun
persyaratan lokasi adalah sebagai berikut:
- Faktor gangguan
alam.
Gelombang
dan Arus:
Gelombang yang besar akan mengakibatkan goncangan rakit yang cukup kuat,
hal ini akan menyebakan rusaknya konstruksi rakit dan kesulitan dalam bekerja. Selain
itu, kekuatan arus juga sangat menentukan. Arus erat kaitannya dengan sirkulasi
air dalam wadah pemeliharaan/jaring. Arus yang kuat akan dapat mengakibatkan
terlilitnya wadah/jaring.
Bukan
daerah up-welling:
Lokasi ini terhindar dari proses perputaran air dasar kepermukaan (up-welling).
Pada daerah yang sering terjadi up-welling sangat membahayakan kehidupan
organisme yang dipelihara, dimana air bawah dengan kandungan oksigen yang
sangat rendah serta gas-gas beracun akan kepermukaan yang dapat menimbulkan
kematian secara massal. Lokasi seperti ini sebaiknya dihindari.
Pencemaran:
Kerang abalone merupakan hewan yang bergerak sangat lambat sehingga jika
terjadi pencemaran baik pencemaran industri, tambak maupun dari limbah
masyarakat setempat akan sulit untuk menghindar, akibatnya akan mengalami
kematian secara massal.
Kedalaman
perairan:
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap
kualitas air pada lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah
terjadinya pengadukan dasar akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya
menimbulkan kekeruhan. Sebagai dasar patokan pada saat surut terendah sebaiknya
kedalaman perairan lebih dari 3m dari dasar waring/jaring.
sumber :
Tisna, K. 2008. Pemeliharaan Kerang Abalon (Haliotis
asinina) Dengan Metode Pen-Culture (Kurungan Tancap) dan KJA (Keramba Jaring
Apung). http://kekerangan.blogspot.com/2008/08/pemeliharaan-kerang-abalone-haliotis.html.
diakses tanggal 10 Desember 2008 pukul 12.40 WIB.
No comments:
Post a Comment