Bahan-Bahan Pencemar Yang Dapat Menurunkan Kualitas Air Dan Membahayakan Kehidupan Biota Laut
Menurunnya kualitas air merupakan hal yang sering
kita temui. Berbagai hal dapat menjadi sebab menurunya kualitas air pada suatu
perairan. Berikut diterangkan di bawah ini bahan pencemar yang dapat menurunkan kualitas aiar
dan membahayakan kehidupan biota yang dihimpun dari KLH
(1984).
1.
Bakteri
Kehadiran
bakteri Escherichia coli ada kaitannya
dengan kehadiran bakteri dan virus patogen. Bakteri dan virus patogen dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh biota, terutama pada saluran pencernaannya. Berbeda dengan jenis-jenis ikan, jenis-jenis kerang yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan adalah seluruh bagian tubuhnya yang lunak, termasuk saluran pencernaannya. Oleh karena itu kemungkinan penularan bakteri dan virus patogen melalui jenis-jenis kerang lebih besar dibandingkan melalui ikan. Dengan demikian jumlah E. coli dalam air untuk budidaya kerang lebih diperhatikan dari pada dalam air untuk budidaya ikan dan rumput laut yang tidak dimakan mentah. Escherichia coli ( E. coli ) yang kadarnya 1000/100 ml dapat memberi petunjuk adanya bakteri patogen.
dengan kehadiran bakteri dan virus patogen. Bakteri dan virus patogen dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh biota, terutama pada saluran pencernaannya. Berbeda dengan jenis-jenis ikan, jenis-jenis kerang yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan adalah seluruh bagian tubuhnya yang lunak, termasuk saluran pencernaannya. Oleh karena itu kemungkinan penularan bakteri dan virus patogen melalui jenis-jenis kerang lebih besar dibandingkan melalui ikan. Dengan demikian jumlah E. coli dalam air untuk budidaya kerang lebih diperhatikan dari pada dalam air untuk budidaya ikan dan rumput laut yang tidak dimakan mentah. Escherichia coli ( E. coli ) yang kadarnya 1000/100 ml dapat memberi petunjuk adanya bakteri patogen.
2.
Senyawa - Senyawa fenol
Limbah senyawa fenol
dalam perairan dapat merugikan karena :
- Menimbulkan keracunan pada ikan dan biota yang menjadi makanannya.
- Menguras oksigen dalam air. Hal ini disebabkan penguraian senyawa-senyawa fenol oleh mikro - organisme membutuhkan jumlah oksigen yang banyak.
- Menimbulkan rasa tak sedap pada daging ikan.
- Senyawa-senyawa fenol yang terdapat dalam air laut berasal dari limbah rumah tangga, industri dan pertanian.
- Senyawa-senyawa fenol pada kadar yang tinggi dapat bersifat toksik, tetapi masalah utama yang dapat ditimbulkan adalah rasa dan bau.
- Air yang mengandung fenol = 0,001 ppm tidak mempunyai rasa dan bau, tetapi fenol pada kadar tersebut sangat sukar untuk dideteksi.
3.
Pestisida
Semua
pestisida bersifat racun bagi manusia maupun organisme hidup lainnya. Sebagian
pestisida bersifat persisten, misalnya organofosfat dan karbamat. Pestisida
yang bersifat persisten umumnya lebih berbahaya, karena sukar untuk dikeluarkan
setelah berada didalam jaringan tubuh.
Gejala
keracunan organoklorin umumnya sama, hanya berbeda dalam tingkat keparahan.
Dalam kasus-kasus ringan, dapat menimbulkan sakit kepala, pusing-pusing,
iritasi yang berlebihan (hyperirritability) dan rasa cemas.
Dalam
kasus-kasus berat, dapat menimbulkan fasikulasi otot yang merambat dari kepala,
tangan dan kaki, diikuti dengan kejang-kejang yang akhirnya dapat menimbulkan
kematian.
4.
Polychlorinated Biphenyls (PCB)
Polychlorinated Biphenyls terdiri dari senyawa-senyawa
bifenil yang mengandung l sampai 10 atom klor, sukar larut dalam air, mudah
larut dalam lemak, minyak dan pelarut-pelarut non solar lainnya.
PCB sukar mengalami penguraian, baik karena pengaruh
panas maupun secara biologis. Ia mempunyai sifat dan struktur kimia yang hampir
sama dengan pestisida. PCB dapat menyebabkan kulit terluka dan menaikkan
aktivitas enzim-enzim hati yang mempunyai efek sekunder pada proses reproduksi
(reproductive processes)
.
Senyawa-senyawa PCB dapat bersifat “lethal” bagi
organisme perairan. Organisme laut lebih sensitif terhadap senyawa-senyawa PCB
dibanding organisme air tawar. Mereka dapat menaikkan aktivitas enzim-enzim hati
yang mengurangi steroid, termasuk hormon kelamin.
5.
Logam berat
Secara alamiah unsur-unsur logam berat terdapat di alam,
namun dalam jumlah yang sangat rendah. Dalam air laut kandungan logam berat
berkisar antara 10-5 - 10-2 ppm. Pada umumnya logam berat dibutuhkan oleh
organisme hidup untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya, tetapi pada kadar
tertentu bersifat racun bagi organisme perairan. Dalam jumlah yang besar, akan bersifat racun.
Toksisitas logam berat ini tergantung pada kadar dan
bentuk senyawa. Contonya Cr dapat meninggikan kepekaan pada kulit. Tetapi air
dengan kadar Cr = 0,05 ppm sangat kecil kemungkinannya untuk dapat menimbulkan
penyakit. Disamping itu toksisitas juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
perairan tersebut, seperti pH, salinitas, suhu, DO dan adanya faktor sinergis
dan antagonis dari beberapa unsur dan lain-lainnya.
6.
Radio - nuklida
Radionuklida adalah unsur-unsur yang dapat memancarkan
sinar-sinar radioaktif. Radionuklida yang memancarkan sinar α dan β sangat
berbahaya bagi jaringan tubuh. Radionuklida ini bisa terdapat dalam air dan
dapat terakumulasi dalam tubuh manusia, menyebabkan beberapa jenis penyakit,
seperti kanker tulang dan leukemia.
7.
Chemical Oxygen Demand ( COD )
Merupakan ukuran akan banyaknya zat-zat organik yang
terdapat dalam suatu perairan. Zat-zat organik yang terdapat dalam air laut
berasal dari alam atau buangan domestik, industri dan pertanian. ada yang mudah
diuraikan dan ada yang sukar diuraikan oleh mikroorganisme umumnya bersifat
toksik, sehingga membahayakan kehidupan organisme perairan.
8.
BOD5
BOD5, yakni banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan zat organik yang terdapat dalam air selama 5
hari, menggambarkan banyaknya zat organik mudah terurai oleh kegiatan biokimia dalam
suatu perairan. Air dengan nilai BOD yang tinggi kurang baik untuk budidaya.
9.
Senyawa organik
a.
NH3
Toksisitas NH3 dalam air laut lebih tinggi dibandingkan
dalam air tawar. Hal ini disebabkan air laut bersifat basa. Kandungan oksigen
dan karbon dioksida dalam air laut dapat mengurangi toksisitas amoniak (NH3).
Gas H2S yang terdapat dalam air laut berasal dari limbah
perkotaan dan industri. Disamping itu juga berasal dari hasil proses penguraian
zat-zat organik oleh mikroorganisme. Toksisitas H2S tergantung pada pH air
laut. Semakin rendah pH air laut semakin tinggi toksisitas H2S. Pada kadar 0.05
ppm sudah bersifat fatal bagi organisme-organisme yang sensitif seperti ikan
“trout” (ikan forel).
c.
CN
Radikan
sianida banyak terdapat dalam limbah industri. Toksisitas sianida sangat
dipengaruhi oleh oksigen terlarut, pH dan temperatur perairan. Dalam bentuk
bebas (HCN dan CN ) sangat beracun. Pada kadar 0,01 ppm sudah bersifat fatal
bagi beberapa jenis ikan yang sensitif.
10. W a r n a
Air laut berwarna karena proses alami, baik yang berasal
dari proses biologis maupun non-biologis. Produk dari proses biologis dapat
berupa humus, gambut dan lain-lain, sedangkan produk dari proses non-biologis
dapat berupa senyawa-senyawa kimia yang mengandung unsur Fe, Ni, Co, Mn, dan
lain-lain.
Selain itu perubahan warna air laut dapat pula
disebabkan oleh kegiatan manusia yang menghasilkan limbah berwarna. Air laut
dengan tingkat warna tertentu/dapat mengurangi proses fotosintesa serta dapat
menganggu kehidupan biota akuatik terutama fitoplankton dan beberapa jenis
bentos.
11. Minyak bumi
Minyak bumi lebih ringan daripada air laut dan di
permukaan laut minyak ini menyebar. Kecepatan penyebaran tergantung pada volume
dan viskositas. Ketebalan lapisan minyak bumi yang tertumpah di laut dapat
berkisar antara 3 – 300 m. Sebanyak 10.000 ton minyak dapat menyebar dengan
radius antara 55 mm sampai 5 ½ km (WISAKSONO 1978). Oksigen dari udara dapat
terhalang masuk ke laut karena lapisan minyak. Namun minyak setebal 1 mm tidak
akan mengurangi melarutnya O2 ke dalam air laut.
Minyak bumi dapat tenggelam di dasar laut oleh penguapan
di permukaan air sehingga tertinggal fraksi-fraksi yang lebih berat dari air
laut. Selain itu suhu, salinitas, pH, angin, reaksi dengan zat-zat lain dapat
pula merubah berat jenis.
Tumpahan minyak di laut dapat mempengaruhi biota laut atau pantai
langsung maupun tidak langsung. Kecelakaan tanker “Torry Canyon” di British
Channel pada tahun 1967 telah menyebarkan minyak ke pantai Cornwall, Inggris,
dan membunuh banyak burung-burung penyelam. Minyak tersebut telah menyebabkan
ikan-ikan tak termakan karena bau minyak. Baru 6 minggu sesudahnya bau itu
hilang. Jika kontaminasi minyak tidak terlalu lama maka pengaruh letal menjadi
kurang penting.
Dalam minyak bumi terdapat berbagai jenis logam seperti
Vanadium Nikel, Tembaga, besi, Seng, Titan dan lain-lainnya yang kadarnya
bervariasi sampai ratusan ppm. Dalam kadar tinggi dapat beracun.
Sumber :
KANTOR MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
1984. Bahan penyusunan RPP baku mutu air laut
untuk mandi dan renang, biota laut, dan budidaya biota laut; Lokakarya Buku
Mutu Lingkungan Laut, Bogor ,
23 – 25 Februari 1984.
WISAKSONO, W. 1978 - Kegiatan-Kegiatan industri minyak
bumi di lepas pantai dan laut dalam hubungannya dengan soal-soal biologi.
Kertas kerja pada Seminar Biologi II, Ciawi, 18–20 Februari 1970:20 pp.
No comments:
Post a Comment