Monday, September 30, 2013

Produktivitas Primer Perairan

Produktivitas Primer Perairan


            Menurut Zhenhella (2012), Produktivitas primer adalah laju produksi karbon organik per satuan waktu yang merupakan hasil penangkapan
energi matahari oleh tumbuhan hijau untuk diubah menjadi energi kimia melalui fotosintesis. Produktivitas primer kotor adalah jumlah fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan produktivitas primer bersih adalah besarnya sintesis senyawa karbon organik selama proses fotosintesis dikurangi besarnya aktivitas total respirasi pada terang dan gelap dalam jangka waktu tertentu.

            Menurut Darmadi (2010), Produktivitas primer ialah laju pembentukan senyawa-senyawa organik yang kaya energi dari senyawa-senyawa anorganik. Jumlah seluruh bahan organik (biomassa) yang terbentuk dalam proses produktivitas dinamakan produktivitas primer kotor, atau produksi total. Karena sebagian dari produksi total ini digunakan tumbuhan untuk kelangsungan proses-proses hidup, respirasi. Produksi primer bersih adalah istilah yang digunakan bagi jumlah sisa produksi primer kotor setelah sebagian digunakan untuk respirasi. Produksi primer inilah yang tersedia bagi tingkatan-tingkatan trofik lainnya. Produktivitas primer bersih (net primary productivity, NPP) sama dengan produktivitas primer kotor dikurangi energi yang digunakan oleh produsen untuk respirasi (Rs) :
                        NPP = GPP – Rs

            Menurut Tambaru et al., (2004), Produktivitas primer perairan sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu besarnya intensitas cahaya, kandungan unsur hara dan kelimpahan jenis fitoplankton. Ketiga unsur ini saling mempengaruhi, dan apabila salah satu diantaranya kurang ditemukan dalam suatu perairan maka kandungan produktivitas primer akan ditemukan rendah. Intensitas cahaya dalam hal ini cahaya matahari merupakan jumlah energi yang diterima oleh bumi pada waktu dan areal tertentu. Intensitas ini merupakan sumber energi dalam proses fotosintesis. Jumlah energi yang diterima oleh bumi bergantung kepada kualitas, kuantitas dan lama periode penyinaran, yang merupakan faktor abiotik utama yang sangat menentukan laju produktivitas primer perairan. kesemua faktor tersebut mempengaruhi besar kecilnya cahaya masuk ke perairan, yang tentunya sangat berhubungan erat dengan kandungan produktivitas perairan.

            Menurut Triyatmo et al., (1997), produktivitas primer dapat dipakai untuk menentukan kesuburan suatu perairan. Klasifikasi tingkat kesuburan tersebut adalah : 0 – 200 mg C / m³ / hari termasuk oligotrofik, 200 – 750 mg C / m³ / hari termasuk mesotrofik dan lebih dari 750 mg C / m³ / hari termasuk eutrofik.

            Produktivitas primer sangat dipengaruhi oleh tingkat kesuburan perairan tersebut, kesuburan dipengaruhi oleh kecepatan pengeluaran bahan organik menjadi garam mineral. Bila suatu perairan kurang subur produktivitas primer harus dirangsang dengan pemupukan. Pada perairan yang produktivitasnya tinggi maka sinar matahari dapat menembus beberapa sentimeter saja, karena terhalang oleh fitoplankton yang ada dalam permukaan air (Afrianto dan Liviawaty, 1998 dalam Yusriadi, 2011).

Reaksi fotosintesis secara sederhana Wetzel (2001) dalam Juhar, (2008), diringkas dalam persamaan umum sebagai berikut :
                                                    cahaya
6C02 + 12 H20                                   C6 H12 06 + 6 H20 + 6 02
                  Pigmen Receptor


Proses reaksi di atas energi cahaya diserap oleh pigmen fotosintesis terutama klorofil dan dengan adanya CO2, air dan zat hara akan dihasilkan senyawa organik yang mempunyai potensi kimiawi yang tinggi dan disimpan dalam sel. Potensi energi ini kelak dapat digunakan oleh tumbuhan untuk respirasi, pertumbuhan, dan berbagai proses fisiologi lainnya (Nybakken 1992).



sumber:

Darmadi. 2010. Produktivitas Primer di Lingkungan Perairan. http://dharmadharma.wordpress.com diakses tanggal 1 Maret 2013
Juhar, R.  2008. Karakteristik Fe, Nitrogen, Fosfor, dan Fitoplankton Pada Beberapa Tipe Perairan Kolong Bekas Galian Timah. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nybakken, J. 1992. Biologi laut. Gramedia. Jakarta.
Yusriadi, A. 2011. Limnologi. http://www.andiyusriadi.blogspot.com diakses tanggal 1 Maret 2013.
Tambaru, R., M. A. Enam., Ismudi dan D. Ario. 2004. Dinamika Kelimpahan Fitoplankton dalam Hubungannya dengan Variabilitas Intensitas Cahaya dan Nutrien di Perairan Pesisir Maros. http://www.openpdf.com diakses tanggal 6 Februari 2013. 
Triyatmo, B., Rustadi, Djumanto, S.B., Priyono, Krismono, N Sehenda, dan Kartamihardja, E.S., 1997. Studi Perikanan Di Waduk Sermo: Studi Biolimnologi. Lembaga Penelitian UGM Bekerjasama Dengan Agricultural Research Management Project. BPPP.
Zhenhella. 2012. Laporan Praktikum Produktivitas Perairan BOD5 dan Produktivitas Primer. http:// www.zhenhella.web.id diakses tanggal 2 Maret 2013. 


No comments: