ENCENG
GONDOK
SEBAGAI
PENGURAI LIMBAH
Eceng gondok dapat hidup
mengapung bebas di atas permukaan air dan berakar di dasar kolam atau rawa jika
airnya dangkal. Selain itu, dalam waktu 8 bulan, Setiap 10 tanaman eceng gondok
mampu berkembangbiak hingga 600.000
tanaman baru. Hal inilah membuat eceng gondok banyak dimanfaatkan guna untuk
pengolahan air limbah.
Kemampuan tanaman inilah yang
banyak di gunakan untuk mengolah air buangan, karena dengan aktivitas tanaman
ini mampu mengolah air buangan domestic dengan tingkat efisiensi yang tinggi.
Eceng gondok dapat menurunkan kadar BOD, partikel suspensi secara biokimiawi
(berlangsung agak lambat) dan mampu menyerap logam-logam berat seperti Cr, Pb,
Hg, Cd, Cu, Fe, Mn, Zn dengan baik, kemampuan menyerap logam persatuan berat
kering eceng gondok lebih tinggi pada umur muda dari pada umur tua (Widianto
dan Suselo, 1977).
BAGIAN-BAGIAN
ENCENG GONDOK YANG BERPERAN DALAM PENGURAIAN AIR LIMBAH
Adapun bagian-bagian tanaman enceng
gondok yang berperan dalam penguraian air limbah adalah sebagai berikut :
a)
Akar
Bagian akar eceng gondok
ditumbuhi dengan bulu-bulu akar yang berserabut, berfungsi sebagai pegangan
atau jangkar tanaman. Sebagian besar peranan akar untuk menyerap zat-zat yang
diperlukan tanaman dari dalam air. Pada ujung akar terdapat kantung akar yang
mana di bawah sinar matahari kantung akar ini berwarna merah, susunan akarnya
dapat mengumpulkan lumpur atau partikel-partikal yang terlarut dalam air (Ardiwinata,
1950).
b)
Daun
Daun eceng gondok tergolong
dalam makrofita yang terletak di atas permukaan air, yang di dalamnya terdapat
lapisan rongga udara dan berfungsi sebagai alat pengapung tanaman. Zat hijau
daun (klorofil) eceng gondok terdapat dalam sel epidemis. Dipermukaan atas daun
dipenuhi oleh mulut daun (stomata) dan bulu daun. Rongga udara yang terdapat
dalam akar, batang, dan daun selain sebagai alat penampungan juga berfungsi
sebagai tempat penyimpanan O2 dari proses fotosintesis.
Oksigen hasil dari
fotosintesis ini digunakan untuk respirasi tumbuhan dimalam hari dengan
menghasilkan CO2 yang akan terlepas kedalam air (Pandey, 1980).
c)
Tangkai
Tangkai eceng gondok berbentuk
bulat menggelembung yang di dalamnya penuh dengan udara yang berperan untuk
mengapaungkan tanaman di permukaan air. Lapisan terluar petiole adalah lapisan
epidermis, kemudian dibagian bawahnya terdapat jaringan tipis sklerenkim dengan
bentuk sel yang tebal disebut lapisan parenkim, kemudian didalam jaringan ini
terdapat jaringan pengangkut (xylem dan floem). Rongga-rongga udara
dibatasi oleh dinding penyekat berupa selaput tipis berwarna putih (Pandey,
1950).
Beberapa penelitian menemukan
bahwa tanaman eceng gondok mampu menyimpan logam berat pada tangkainya.
d)
Bunga
Eceng gondok berbunga
bertangkai dengan warna mahkota lembayung muda. Berbunga majemuk dengan jumlah
6 - 35 berbentuk karangan bunga bulir dengan putik tunggal.
Selain pada batang atau
tangkai, Beberapa penelitian juga menemukan bahwa tanaman eceng gondok mampu
menyimpan logam berat pada bunga.
PENYERAPAN OLEH ECENG
GONDOK
Tumbuhan ini mempunyai daya
regenerasi yang cepat karena potongan-potongan vegetatifnya yang terbawa arus
akan terus berkembang menjadi eceng gondok dewasa. Eceng gondok sangat peka
terhadap keadaan yang unsur haranya didalam air kurang mencukupi, tetapi
responnya terhadap kadar unsur hara yang tinggi juga besar. Proses regenerasi
yang cepat dan toleransinya terhadap lingkungan yang cukup besar, menyebabkan
eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai pengendali pencemaran lingkungan.
(Soerjani, 1975)
Sel-sel akar tanaman umumnya
mengandung ion dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari pada medium sekitarnya
yang biasanya bermuatan negative. Penyerapan ini melibatkan energi, sebagai
konsekuensi dan keberadaannya, kation memperlihatkan adanya kemampuan masuk ke
dalam sel secara pasif ke dalam gradient elektrokimia, sedangkan anion harus
diangkut secara aktif kedalam sel akar tanaman sesuai dengan keadaan gradient
konsentrasi melawan gradient elektrokimia. (Foth, 1991)
Di dalam akar, tanaman biasa
melakukan perubahan pH kemudian membentuk suatu zat khelat yang disebut
fitosiderofor. Zat inilah yang kemudian mengikat logam kemudian dibawa kedalam
sel akar. Agar penyerapan logam meningkat, maka tumbuhan ini membentuk molekul
rediktase di membran akar. Sedangkan model tranportasi didalam tubuh tumbuhan
adalah logam yang dibawa masuk ke sel akar kemudian ke jaringan pengangkut
yaitu xylem dan floem, kebagian tumbuhan lain. Sedangkan lokalisasi logam pada
jaringan bertujuan untuk mencegah keracunan logam terhadap sel, maka tanaman
akan melakukan detoksofikasi, misalyna menimbun logam kedalam organ tertentu seperti
akar.
Menurut Fitter dan Hay (1991),
terdapat dua cara penyerapan ion ke dalam akar tanaman :
1.
Aliran massa, ion
dalam air bergerak menuju akar gradient potensial yang disebabkan oleh
transpirasi.
2.
Difusi, gradient
konsentrasi dihasilkan oleh pengambilan ion pada permukaan akar.
Dalam pengambilan ada dua hal
penting, yaitu pertama , energi metabolik yang diperlukan dalam penyerapan
unsur hara sehingga apabila respirasi akan dibatasi maka pengambilan unsur hara
sebenarnya sedikit. Dan kedua, proses pengambilan bersifat selektif, tanaman
mempunyai kemampuan menyeleksi penyerapan ion tertentu pada kondisi lingkungan
yang luas. (Foth, 1991).
No comments:
Post a Comment