Protozoa
A. Pengertian
Protozoa
Protozoa
(Protos = pertama ; Zoa = hidup) adalah hewan mikroskopik
yang terdapat d semua lingkungan di mana kehidupan dapat terjadi. Mereka
tersebar luas di seluruh dunia. Banyak dari mereka mampu membentuk sista
(cyst), atau membuat semacam cangkang yang menutupi sekujur tubuhnya sehingga
mereka dapat hidup dalam kondisi yang kering sama sekali, yang tidak
memungkinkan makhluk lain hidup. Sifat yang khas ialah bahwa mereka terdiri
dari satu sel.
Ciri-ciri
protozoa yakni :
a.
Sifat
hidupnya kosmopolit artinya dapat hidup di tempat atau habitat apapun.
b.
Pada
ummnya hidup bebas pada tempat yang lembab atau berair (akuatik) seperti di air
tawar, air laut, hutan, sawah serta sebagai parasit pada tubuh organism
lainnya.
c.
Pada
umumnya hidup soliter (menyendiri atau sepasang-sepasang) tetapi ada juga yang
hidup sebagai koloni.
d.
Protozoa
merupakan bagian plankton di air tawar atau air laut dan berperan penting
sebagai indicator polusi.
e.
sejumlah
protozoa dapat menimbulkan penyakit.
f.
Dalam
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan protozoa dapat membentuk kista agar
dapat berhana hidup lebih lama.
g.
Jika
kondisi di sekitarnya membaik, maka kista akan pecah dan protozoa akan kembali
hidup secara aktif.
B. Habitat
Protozoa
Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka
umumnya hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan.
Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa
yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai
vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di
dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan.
Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat
apapun. Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton.
Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar
dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula protozoa yang
tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di dalam rumen
hewan ruminansia.
Beberapa protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka dapat
menyebabkan penyakit serius. Protozoa yang lain membantu karena mereka memakan
bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan dan hewan lainnya.
C. Morfologi
Protozoa
Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat
berperan sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk
mengatur tekanan osmosis. Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada
setiap spesies. Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetative (trophozoite), atau bentuk
istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang tidak menguntungkan
dapat membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada
keadaan yang menguntungkan, maka akan berkecambah menjadi sel vegetatifnya.
Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung selulosa
atau khitin seperti pada jamur dan algae. Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk
spesifik, yang ditandai dengan fleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran
sel. Beberapa jenis protozoa seperti Foraminifera mempunyai kerangka luar
sangat keras yang tersusun dari Si dan Ca. Beberapa protozoa seperti Difflugia,
dapat mengikat partikel mineral untuk membentuk kerangka luar yang keras.
Radiolarian dan Heliozoan dapat menghasilkan skeleton. Kerangka luar yang keras
ini sering ditemukan dalam bentuk fosil. Kerangka luar Foraminifera tersusun
dari CaO2 sehingga koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat membentuk batuan
kapur. Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak secara khas
menggunakan pseudopodia (kaki palsu), flagela atau silia, namun ada yang tidak
dapat bergerak aktif.
D. Klasifikasi
Protozoa
1.
Kelompok
Protozoa
Protozoa
dikelompokkan menurut habitatnya menjadi dua yaitu mereka yang hidup di dalam
air atau di tempat tempat lembab dan di kenal sebagai protozoa yang hidup
bebas. Lalu mereka yang hidup didalam atau pada hewan atau tumbuhan – tumbuhan
lain dan disebut dengan protozoa Parasitik.
Kelompok
pertama tidak tersebar begitu saja dalam lingkungan air, tetapi setiap jenis
kurang lebih mendiami tipe habitat tertentu seperti halnya hewan tingkat tinggi.
Beberapa jenis protozoa hidup di air tawar, lainnya pada air laut dan lainnya
lagi hudup pada dasar perairan. Kelompok protozoa ini terdapat dimana mana di
dunia dimana terdapat air atau tempat berair atau tempat lembab.
Kelompok
kedua mudah di pisahkan, karena mereka pasitik dan tidak mempunyai cara untuk
bergerak sendiri. Mereka mempunyai habitat yang terbatas. Protozoa parasitic
biasanya dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu mereka yang hidup dalam saluran
pencernaan dinamakan protozoa usus dan mereka yang hidup dalam darah dinamakan
protozoa penghuni darah. Jumlah jenis protozoa sangat besar sehingga tidak
dapat diperkirakan.
2.
Kelas
Protozoa
Filum protozoa
terdiri dari 4 kelas yakni :
(a)
Kelas Ciliata (Infusoria)
Sifat
khas dari kelas ini adalah bulu getar seperti rambut di sekujur tubuhnya yang
digunakan untuk bergerak, menangkap makanan, atau kadang hanya menimbulkan arus
air untuk pernapasan. Pada kelompok tertentu, bulu getar tersebut dimiliki
sepanjang hidupnya dan pada kelompok yang lain bulu bulu getar tersebut hanya
dimiliki di sebagaian daur hidupnya.
Sebagian
besar ciliata hidup bebas, baik di air tawar maupun di air laut. Ada sementara
pakar membagi kelas ini menjadi dua anak-kelas, yakni ciliate dan suctoria.
Yang pertama memiliki bulu getar, baik yang muda maupun yang dewasa dan yang
kedua, bulu getar itu hanya dimiliki pada yang muda saja, dewasanya dilengkapi
tentakel. Sebenarnya mereka menyedot protoplasma atau cairan hidup dari
protozoa lain yang ditangkap. Mereka adalah makhluk-mahkluk yang menarik tetapi
tidak begitu penting dalam mempelajari kehidupan laut.
Paramecium
·
Dalam tubuh Paramecium memiliki dua
macam inti (nucleus) yaitu inti kecil (mikronukleus) dan inti besar
(makronucleus).
·
Di samping itu memiliki vakuola
makanan yang berfungsi untuk mencerna dan mengedarkan makanan, serta vakuola
berdenyut yang berguna untuk mengeluarkan sisa makanan.
·
Paramecium bergerak dengan menggetarkan
silianya, yang bergerak melayang-layang di dalam air.
·
Hal ini akan terlihat jika
menggunakan mikroskop.
·
Sedangkan cara menangkap makanan
adalah dengan cara menggetarkan rambut (silianya), maka terjadi aliran air
keluar dan masuk mulut sel. Saat itulah bersamaan dengan air masuk bakteri
bahan organik atau hewan uniseluler lainnya.
Berkembangbiak Paramecium adalah dengan cara:
1)
Asexual
·
Aseksual atau dengan cara membelah
diri yaitu dengan pembelahan biner dimana sel membelah menjadi 2 kemudian menjadi
4, 8 dan 16 dst.
·
Pembelahan diawali dengan pembelahan
mikronukleus dan diikuti dengan pembelahan makronucleus.
2)
Seksual atau perkembangbiakan secara
kawin
·
Caranya adalah dua sel saling
mendekat, menempel pada bagian mulut sel untuk kawin. Artinya kedua hewan ini
sedang mengalami konjugasi.
·
Selanjutnya terbentuk saluran
konjugasi diantara kedua sel ini.
·
Dan melalui saluran ini terjadi
tukar-menukar mikronukleus.
·
Mikronukleus dari sel yang satu
pindah ke sel yang lain, demikianlah sebaliknya. Selanjutnya perhatikan gambar
berikut ini:
Konjugasi pada Paramecium
suku
dari kelas ciliata yang lain adalah tintinnidae. Hampir semua suku ini hidup di
laut Mereka membentuk kanting kitin yang dinamakan lorika (lorica) yakni penutup luar pelindung yang dihasilkan oleh sekresi sekujur tubuh. Bentuk
lorika masing masing jenis berbeda sehingga bagian tubuh hewan ini digunakan
sebagai ciri utama untuk identifikasi. Lorika tidak selalu untuk melindungi
tubuh, karena jenis yang tidak memiliki lorika Nampak lebih berhasil hidup.
Mereka sangat banyak, jumlah jenisnya dan umumnya planktonik. Beberapa
diantaranya bertindak sebagai tuan rumah dinoflagellata parasitic. Parasit itu
Nampak seperti nucleus tambahan yang besar. Tetapi jika dilihat lebih dekat ia
adalah sel parasit itu sendiri yang mempunyai nucleus, yang terdapat dalam
sitoplasma tintinid.
(b)
Kelas Rhizopoda atau Sarcodina
Sifat
khas dari hewan ini adalah gerakannya dilakukan dengan menjulurkan badannya dan
mengerutkannya kembali atau bergerak dengan kaki semu atau pseupodium (Pseupodia). Kelompok yang mendapat perhatian khusus
dari kelas ini adalah ordo foraminifera dan radiolarian, meskipun masih ada
satu ordo lagi, yakni heliozoan, tetapi ordo ini mencangkup hewan air tawar,
jadi tidak diterangkan disini.
Ordo Foraminifera
Semua foraminifera (sebutan umumnya
foram) mempunyai cangkang. Cangkang yang dihasilkan oleh hewan ini umumnya
terdiri dari bahan kitin atau kapur. Beberapa cangkang terbentuk dari bahan
fisika gelatin, yang lain berasal dari bahan dari luar yang direkat jadi satu.
Ada dua tipe foraminifera, yakni yang tidak berlubang lubang dan yang berlubang
lubang. Yang pertama mempunyai lubang tunggal, melalui lubang ini menjulur kaki
semu. Yang kedua, sebagai tambahan, mempunyai banyak lubang dan melalui lubang
lubang ini, protoplasma manjulur keluar dan mengkerut kembali. Gerakan seperti
ini disebut streaming yang
menciptakan kaki semu dan yang selalu bergerak. Inilah sifat khas dari kelas
ini.
Ordo Radiolaria
Radiolaria
hanya hidup di laut. Lebih dari 4000 jenis ditemukan dan sebagian besar hidup
di laut jeluk. Hewan ini umumnya mempunyai bentuk cangkang terdiri dari silica
dan bentuknya bulat. Kerangkanya berupa jejaring yang indah dipandang ukuran
umumnya kecil. Kurang dari 2mm, tetapi kadang mengelompok membentuk gumpalan
2,54 cm lebarnya. Kaki semunya dan kebiasaan makannya sama seperti foram.
Seperti juga beberapa foram, mereka ada yang bersimbiosis dengan zooxanthellae.
Sifat
khas hewan ini adalah kerangkanya terdiri dari silica yang tidak larut di
lapisan perairan jeluk. Tidak seperti kerangka kapur yang larut di tempat itu.
Gejala laut inilah yang membuat sebagian besar area dasar laut jeluk ditutupi
oleh nenes raiolaria (radiolarian ooze),
bukan nenes globigerina. Nenes ini
biasanya terdapat pada kejelukan lebih dari 3.600 m dan menutupi area seluas3,7
juta km2, dibandingkan dengan area nenes globigerina yang 89 juta km2 luasnya.
(c)
Kelas Flagellata (Mastigophora)
Kelas mastigophora mencangkup Protozoa
renik yang sangat besar jumlahnya.sehingga agak sulit bagi para pakar zoology
untuk mengklasifikasikan mereka. Oleh sebab itu taksonomi kelompok protozoa ini
dalam keadaan kacau. @da sifat mereka yang mendua sehingga menimbulkan
pertanyaan apakah flagellate ini hewan atau tumbuhan? Mereka hewan karena bisa
bergerak kesana kemari dan menunjukkan kegiatan seperti hewan, yakni “makan”
hewan lain sebagai makanan mereka. Mereka juga tumbuhhan, karena mempunyai
pigmen untuk fotosintesis seperti tumbuhan, mensekresi jenis bahan serupa
tumbuhan yang disebut selulosa sebagai penutup atau pelindung. Mereka dapat
dimasukkan ke dalam kelas Dinophyceae, jadi sebagai alga.
Kelompok biota
ini dapat di definsikan sebagai berikut :
a.
Organisme
yang khas mempunyai satu atau lebih flagella
b.
Soliter
atau berkoloni
c.
Perkembangbiakan
secara aseksual, khususnya dengan pembelahan biner. (binary fission).
d.
Permakanan
dapat bersifat autotrof, heterotrof, miksotrof.
E. Reproduksi
Protozoa
Protozoa
dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual. Secara aseksual protozoa
dapat mengadakan pembelahan diri menjadi 2 anak sel (biner), tetapi pada
Flagelata pembelahan terjadi secara longitudinal dan pada Ciliata secara
transversal. Beberapa jenis protozoa membelah diri menjadi banyak sel
(schizogony). Pada pembelahan schizogony, inti membelah beberapa kali kemudian
diikuti pembelahan sel menjadi banyak sel anakan.
Perkembangbiakan
secara seksual dapat melalui cara konjugasi, autogami, dan sitogami. Protozoa
yang mempunyai habitat atau inang lebih dari satu dapat mempunyai beberapa cara
perkembangbiakan. Sebagai contoh spesies Plasmodium dapat melakukan schizogony
secara aseksual di dalam sel inang manusia, tetapi dalam sel inang nyamuk dapat
terjadi perkembangbiakan secara seksual. Protozoa umumnya berada dalam bentuk
diploid.
Protozoa
umumnya mempunyai kemampuan untuk memperbaiki selnya yang rusak atau terpotong.
Beberapa Ciliata dapat memperbaiki selnya yang tinggal 10 % dari volume sel
asli asalkan inti selnya tetap ada.
F. Fisiologi
Protozoa
Protozoa
umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa protozoa dapat hidup
pada lingkung ananaerobik misalnya pada saluran pencernaan manusia atau hewan
ruminansia. Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim untuk
metabolisme aerobik, dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer
elektron dan atom hidrogen ke oksigen. Protozoa umumnya mendapatkan makanan
dengan memangsa organisme lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara
fagositosis maupun pinositosis.
Protozoa
yang hidup di lingkungan air, maka oksideng dan air maupun molekul-molekul
kecil dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa makromolekul yang tidak
dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel secara pinositosis. Tetesan
cairan masuk melalui saluran pada membran sel, saat saluran penuh kemudian
masuk ke dalam membrane yang berikatan denga vakuola. Vakuola kecil terbentuk,
kemudian dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola
dipindahkan ke sitoplasma.
Partikel
makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis oleh sel yang bersifat
amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh
bagian membran sel yang fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam
sel oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil kemudian
mengalami pengasaman. Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola makanan
tersebut untuk mencernakan makanan, kemudian vakuola membesar kembali.
Hasil
pencernaan makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara pinositosis, dan
sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari sel. Cara inilah yang digunakan
protozoa untuk memangsa bakteri. Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut
di permukaan sel yang disebut sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap
makanan dengan dibantu silia. Setelah makanan masuk ke dalam vakuola makanan kemudian
dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak
disamping sitosom.
No comments:
Post a Comment