Jamur
A.
Pengertian Jamur
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia
jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak).
Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur
tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya. Dalam penggolongan terdahulu,jamur
termasuk tumbuhan. Akan tetapi,struktur sel jamur berbeda dengan struktur sel
tumbuhan pada umumnya.Sel jamur tidak memiliki kloroplas sehingga jamur tidak
meiliki klorofil.Selain itu,susunan bahan kimia dinding sel jamur juga berbeda
dengan susunan bahan kimia dinding sel tumbuhan umumnya. oleh karena itu ,dalam
klasifikasi lima kingdddom jamur dikelompokan dakam kingdom tersendiri ,yaitu
kingdom jamur (fungi).
Kingdom Fungi merupakan salah satu kelompok organisme yang
memiliki tingkat keragaman hayati yang tinggi, dan kedua setelah insekta.
Hawksworth (1991) memprediksi sekitar 1,5 juta jenis jamur eksis di planet
bumi. Prediksi konservatif ini didasarkan kepada rasio inang-jamur (1:6),
artinya satu tumbuhan vaskular berasosiasi dengan 6 jenis jamur yang spesifik
pada tumbuhan inangnya.
Sampai saat ini, hanya sekitar 7-10% (105.000-150.000 jenis) dari
total perkiraan 1,5 juta jenis jamur yang telah berhasil diidentifikasi.
Sayangnya, hanya sekitar 5-10% dari spesies jamur tersebut yang berhasil
diisolasi. Oleh karena itu, sebagian besar jamur masih perlu dieksplorasi,
diidentifikasi, dikonservasi, dan dimanfaatkan. Prediksi 1,5 juta jenis adalah
data penelitian di Inggris Raya dan Eropa, oleh karena itu Hyde (2001)
mengungkapkan pentingya data dari kawasan tropis. Tingkat keragaman di kawasan
tropis diprediksi lebih tinggi, walaupun hipotesis ini masih belum dapat
dibuktikan secara ilmiah.
B.
Struktur Tubuh
Jamur
Struktur tubuh jamur
tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula
jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu
meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang
disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium
menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding
berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa.
Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa
mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan
kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa
yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik
dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan
pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami
modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari
substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.
C. Cara Makan dan Habitat Jamur
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan
organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. untuk
memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan
miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur
merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan
karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu
diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat
parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
a. Parasit obligat
Merupakan sifat
jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya,
sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia
carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia
carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
b.
Parasit fakultatif
Adalah jamur
yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat
saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
c. Saprofit
Merupakan jamur
pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit menyerap
makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh.
Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan
enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi
molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa.
Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap
bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme.
Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga
menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme
jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup
di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken. Jamur berhabitat pada
bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun
kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi
dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau
saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.
D. Pertumbuhan dan Reproduksi
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual
(vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur
berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang
multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan
memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air
atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan
tumbuh menjadi jamur dewasa.
Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium
mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu.
Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan
sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah
plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak
melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau
miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun.
Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan
meiosis.
E. Klasifikasi jamur
Miceliumnya bercabang banyak dan hifanya
tidak bersekat – sekat, miselium pada rizopus memiliki tiga tipe hifa,
yaitu ;
·
Stolon, yaitu hifa yang membentuk
jaringan pada substrat misalnya roti.
·
Ryzoid, yaitu hifa yang membentuk
substrat dan berfungsi sebagai jangkar untuk menyerap makanan.
·
Sporanggiofor, yaitu hifa yang tumbuh
tegak pada permukaan substrat dan memiliki sporangia globuler( bentuk built
diujungnya).
Secara aseksual denagn spora yang
dihasilkan oleh sporagonium, sedangkan seksualnya dengan konjugasi.
a) Kelas hemias comycetes
kelompok jamur ini tidak membentuk askoskap, tidak mempunyai hifa,
tubuhnya terdiri dari sel bulat atau oval yang dapat bertunas, sehingga
berbentuk rantai sel atau hifa semu. Contoh anggota adalah saccaromyces. Macam saccaromyces, yaitu:
1. Saccaromyces cereviae,
2. Saccaromyces tuac
3. Saccaromyces elipsoideus,
1)
Aspergillus
jenisnya antara lain:
a)
Afergillus fungigatus, bersifat parasit dan menyebabkan penyakit pernapasan pada
unggas,
b)
Aspergillus flafus, menghasilkan alpha toksin
yang diduga sebagai penyebab penyakit kanker hati
c)
Aspergillus niger, mengahasil kan asam
sitrat.
d)
Aspergillus oryzae , untuk merombak zat pati
dalam pembuatan minuman beralkohol.
e)
Aspergillus nidulans, parasit pada telinga
menyebabkan automatikosis,
2)
Pericillium
Banyak terdapat pada bahan – bahan organic
dan sebagai sapporofit , misalnya sebagai berikut:
a) Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum
penghasil zat antibiotic.
b) Penicillium camneberti dan Penicillium reguefort,
dimafaatkan untuk meningkatkan kualitas keju.
c) Penicillium itanicum, dan Penicillium digitatum
perusak buah jeruk.
d) Penicillium ekspansum, menyebabkan buah apel membusuk ditempat penyimpanan.
e)
Penicillium islandicum, merusak beras
sehingga berubah warna sehingga menjadi kuning.
3)
Pyrenomycetes
Ciri khas yang dimiliki adalah askokarp
berbentuk khusus yang dilengkapi dengan ostiolum (lubang untuk melepas askus
dan askospora). Tubuh buah seperti itu disebut peritesium, yang dapat berwarna
cerah atau gelap.
Contoh kelas pyrenomycetes adalah neurospora sitophilla yang banyak digunakan di Indonesia untuk membuat oncom merah dari ampas tahu atau bungkil kacang tanah, neurospora dapat tumbuh subur pada tongkol jagung yang telah direbus dan telah diambil bijinya.
3.
Basidiomycotina
Ciri utama dari divisi ini adalah hifa septat dengan sambungan
apit (clamp connection), spora seksualnya terbentuk dari basidium yang
berbentuk ganda. Terdiri dari beberapa kelas, diantaranya adalah kelas
Hymenomycetes, ordo argalicales, family agaricaceae, yang mencakup jamur –
jamur berlamela atau memiliki keeping lipatan.
Ciri – ciri jamur ini antara lain adalah berdaging, saprobe, tubuh
buah seperti payung,tetapi pada bebrapa spesies tangkainya asimetris, pendek
bahkan tidak bertangkai. Basidiospora terdapat dipermukaan lamella atau bilah
yang terbentuk di bagian bawah tudunya, contoh
terkenal dari agaricaceae ini adalah volvariella volvaceae (jamur padi, kamur
dami).
Daur hidup basidiomycotina dimulai dari pertumbuhan spora basidium
atau pertumbuhan konidium. Spora basidium atau konidium akan tumbuh menjadi
benang hifa membentuk miselium.
4.
Deuteromycotina
Divisi terakhir ini
disebut juga fungiimperfecti karenakarena belum diketahui adanya reproduksi
seksual , hifa septat atau uniseluler.
F.
Beberapa jenis jamur yang hidup di perairan
Infeksi jamur pada ikan dalam akuarium biasanya disebabkan
oleh jamur dari genus Spaprolegnia dan Achyla. Jamur biasanya
hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan yang rusak sebagai akibat luka
atau penyakit lain. Jamur dapat pula menyerang telur ikan.
Selain karena luka, kehadiran jamur dapat pula disebabkan atau dipicu
oleh kondisi air akuarium yang buruk, baik secara fisik maupun kimia. Ikan-ikan
berusia tua diketahui sangat rentan terhadap infeksi jamur.
Pada saat ini, dengan banyaknya fungisida (obat anti jamur),
maka serangan jamur sedikit banyak akan dapat ditangani dengan lebih mudah.
Jamur terdapat di semua jenis perairan air tawar terutama yang mengandung banyak bahan organik. Jamur hidup sebagai saprofit pada jaringa tubuh, merupakan penyakit sejati, karena jamur tidak dapat menyerang ikan-ikan yang betul-betul sehat, melainkan menyerang ikan-ikan yang sudah luka atau lemah.
Jamur khususnya Saprolegnia dapat menyerang semua jenis ikan di
segala macam lingkungan. Tanda adanya jamur ini terlihat sebagai serabut putih
seperti kapas yang tumbuh pada bagian tubuh ikan yang luka. Ikan yang
diperlakukan kurang cermat waktu penangkapan dan pengangkutan sering menderita
luka-luka yang kemudian tumbuh jamur.
Beberapa jamur diketahui juga menyerang bagian dalam jaringan
tubuh ikan. Icththyophonus, misalnya diketahui sebagai jamur sistemik
yang menyerang ikan. Icththyophonus dapat menginfeksi bagian organ
tubuh ikan dan menimbulkan gupalan (nodul) yang mirip seperti terjadi pada
kasus TBC ikan. Untuk serangan jamur sistemik ini belum tersedia
obat yang dijual secara komersial. Meskipun demikian, perendaman dengan
Malachite Green diketahui dapat menyembuhkan serangan jamur sistemik.
1)
Saprolegnia.
Saprolegnia merupakan
genus jamur yang termasuk dalam kelas Oomycetes. Dalam akuarium, jamur
ini kerap dipakai sebagai nama umum untuk serangan jamur yang menyerupai kapas
pada permukaan tubuh ikan.
Pada kenyataannya banyak genus dari Oomycetes yang dapat
menyebabkan infeksi jamur pada ikan, diantaranya adalah Achyla. Saprolegnia merupakan
cendawan berfilamen, organisme tidak bersekat (koenositik) yang hidup pada
habitat air tawar dan untuk mendapatkan makanan mereka hidup secara saprofit
atau parasit (Hughes, 1994 dalam Mulyani, 2006).
Ciri lain yang dimiliki oleh Saprolegnia adalah memiliki
sporangium yang berdiameter 100 mikron, lebih lebar dari hifanya. Beberapa
contoh yang bersifat patogen pada ikan adalah Saprolegnia parasitica
(penyebab ulterative dermal necrosis pada salmon), Gejala umum serangan Saprolegnia
diclina dan Saprolegnia ferax adalah badan ikan ditumbuhi
benang-benang halus berwarna putih, daerah penyerangan meliputi kepala, tutup
insang, sirip, dan bagian tubuh lainnya, serta menyerang telur.
Saprolegnia atau dikenal juga sebagai "water molds"
dapat menyerang ikan dan juga telur ikan. Mereka umum dijumpai pada air
tawar maupun air payau. Jamur ini dapat tumbuh pada selang suhu 0 -
35 °C, dengan selang pertumbuhan optimal 15 - 30 °C. Pada umumnya,
Saprolegnia akan menyerang bagian tubuh ikan yang terluka, dan selanjutnya
dapat pula menyebar pada jaringan sehat lainnya. Serangan Saprolegnia
biasanya berkaitan dengan kondisi kualitas air yang buruk, seperti sirkulasi
air rendah, k`dar oksigen terlarut rendah, atau kadar amonia tinggi, dan kadar
bahan organik tinggi. Kehadiran Saproglegnia sering pulang disertai
dengan kahadiran infeksi bakteri Columnaris, atau parasit eksernal
lainnya.
2) Branchiomyces
Branchiomyces adalah jamur
yang biasa menyebabkan busuk insang pada ikan . Spesies jamur ini
biasanya dijumpai pada ikan yang mengalami stres lingkungan, seperti pH rendah
(5.8 -6.5), kandungan oksigen rendah atau pertumbuhan algae yang berlebih dalam
akuarium, Branchiomyces sp.tumbuh pada temperatur 14 - 35°C ,
pertumbuhan optimal biasanya terjadi pada selang suhu 25 - 31°C.
Penyebab utama infeksi
biasanya adalah spora jamur yang terbawa air dan kotoran pada dasar akuarium. Branchiomycosis disebabkan
oleh Branchiomyces sanguinis dan Branchiomyces demigrans. Branchiomyces
sanguinis ditemukan pertama kali pada tahun 1912 dan terutama menyerang
ikan karper. Sementara itu Branchiomyces demigrans meyebabkan penyakit
pada ikan pike dan tench. Kedua spesies tersebut menyerang daerah insang.
Secara morfologi, hifa dari branchiomyces
demigrans mempunyai dinding yang lebih tebal dengan ukuran 0,5 dampai 0,7
um dan spora dengan ukuran 12-17 um, sedang dinding B. sanguinis
berukuran 0,2 um. Antara dua spesies tersebut sangat sulit untuk dibedakan.
Sporangia yang dihasilkan oleh Branchiomyces sama dengan sporangia dari Saprolegnia.
Gejala pada insang yang disebabkan
oleh saprolegnia hampir seperti kejadian Gill Rot yang disebabkan oleh Branchiomyces.
Struktur antigenik dari Branchiomyces baru-baru ini ditemukan menyerupai
Saprolegnia. Branchiomycetes tidak pernah dapat terisolasi dari sumber
lain selain jaringan insang ikan.
Diduga
bahwa spora dari jamur ini menyebar dan menginvasi insang yang mengalami luka
akibat dari kualitas air. Infeksi mungkin juga melalui spora yang tertelan dan
memasuki usus dan mengalami penetrasi ke pembuluh darah. Spora menempati
saluran yang banyak kandungan oksigennya yaitu daerah arteri bronkhial, dan
berkembang mengalami perkecambahan dalam pembuluh darah dan melalui daerah tubulus
masuk ke sistem respirasi.
Hifa
akhirnya berpindah kejaringan induk semang dan menyebabkan aliran darah
terhenti dan menyebabkan terjadinya kongesti dan destruksi pembuluh darah.
Secara
khas organisme akan menempati pembuluh darah yang kaya akan oksigen dari
jaringan insang. Hifa yang tidak bersepta akan akan tumbuh dan menyumbat
pembuluh darah yang menuju ke insang. Insang akan berwarna pucat kehilangan
warna merah yang cerah. Jaringan menjadi berwarna warni dari warna kecoklatan
sampai terjadi hemoragi yang bercampur dengan warna keputihan dan adanya
kerusakkan pembuluh darah yang mengganggu aliran darah sehingga terjadi
nekrosis. Pada beberapa kasus, jaringan yang mengalami nekrose kadang
terinfeksi oleh jamur lain dari genus Saprolegnia sp. Gejala
patognomonik yang khas untuk branchiomycosis akut adalah adanya Pembusukan atau
Marbled.
3) Icthyophonus
Icthyophonus ini tumbuh baik pada air tawar maupun air asin
(laut). Meskipun demikian, biasanya serangan jamur ini hanya akan
terjadi pada air dingin 2 - 20° C. Penyebaran Icthyophonus
berlangsung melalu kista yang terbawa kotoran ikan atau akibat kanibalisme
terhadap ikan yang terjangkit.
No comments:
Post a Comment