BEBERAPA FAKTOR PENTING YANG DAPAT MEMPENGARUHI KUALITAS AIR DAN
KEHIDUPAN BIOTA LAUT YANG DIBUDIDAYA
1. S u h u
-
Suhu merupakan faktor fisika
yang penting dimana-mana di dunia.
-
Kenaikan suhu mempercepat
reaksi-reaksi kimiawi. Misalnya saja proses metabolisme akan menaik sampai
puncaknya dengan kenaikan suhu tetapi kemudian menurun lagi.
-
Setiap perubahan suhu cenderung
untuk mempengaruhi banyak proses kimiawi yang terjadi secara bersamaan pada
jaringan tanaman dan binatang, karenanya juga mempengaruhi biota secara
keseluruhan.
-
Kisaran suhu antara 27° dan
32°C. ini adalah normal untuk kehidupan biota laut di perairan Indonesia .
-
Suhu alami tertinggi di
perairan tropis berada dekat ambang atas penyebab kematian biota laut. Oleh
karena itu peningkatan suhu yang kecil saja dari alami dapat menimbulkan
kematian atau paling tidak gangguan fisiologis biota laut.
-
Telaah tentang pengaruh suhu
pada biota tropis menunjukkan bahwa suhu sekitar 35° adalah kritis atau
mematikan.
2. Salinitas
-
Keanekaragaman salinitas dalam
air laut akan mempengaruhi jasad-jasad hidup akuatik melalui pengendalian berat
jenis dan keragaman tekanan osmotik.
-
Jenis-jenis biota perenang
ditakdirkan untuk mempunyai hampir semua jaringan-jaringan lunak yang berat
jenisnya mendekati berat jenis air laut biasa, sedangkan jenis-jenis yang hidup
di dasar laut (bentos) mempunyai berat jenis yang lebih tinggi daripada air
laut di atasnya.
-
Salinitas menimbulkan
tekanan-tekanan osmotik.
-
Pada umumnya kandungan garam
dalam sel-sel biota laut cenderung mendekati kandungan garam dalam kebanyakan
air laut.
-
Kalau sel-sel itu berada di
lingkungan dengan salinitas lain maka suatu mekanisme osmoregulasi diperlukan
untuk menjaga keseimbangan kepekatan antara sel dan lingkungannya.
-
Pada kebanyakan binatang
estuarin penurunan salinitas permulaan biasanya dibarengi dengan penurunan
salinitas dalam sel, suatu mekanisme osmoregulasi baru terjadi setelah ada
penurunan salinitas yang nyata.
-
Salinitas yang tak sesuai dapat
menggagalkan pembiak`n dan menghambat pertumbuhan.
3. Kekeruhan (siltasi)
-
Siltasi tidak hanya
membahayakan ikan tetapi juga menyebabkan air tidak produktif karena
menghalangi masuknya sinar matahari untuk fotosintesa.
4. Kadar oksigen terlarut
-
O2 terlarut diperlukan oleh
hampir semua bentuk kehidupan akuatik untuk proses pembakaran dalam tubuh.
-
Beberapa bakteria maupun
beberapa binatang dapat hidup tanpa O2 (anaerobik) sama sekali; lainnya dapat
hidup dalam keadaan anaerobik hanya sebentar tetapi memerlukan penyediaan O2
yang berlimpah setiap kali.
-
Kebanyakan dapat hidup dalam
keadaan kandungan O2 yang rendah sekali tapi tak dapat hidup tanpa O2 sama
sekali.
-
Sumber O2 terlarut dari
perairan adalah udara di atasnya, proses fotosintese dan glycogen dari binatang
itu sendiri.
-
Air yang tak ber - O2 selalu jarang
terdapat disamudera.
-
O2 dihasilkan oleh proses
fotosintesa dari binatang dan tumbuh-tumbuhan dan diperlukan bagi pernafasan.
-
Menurunnya kadar O2 terlarut
dapat mengurangi efisiensi pengambilan O2 oleh biota laut, sehingga dapat
menurunkan kemampuan biota tersebut untuk hidup normal dalam ling-kungannya.
-
Kadar O2 terlarut di perairan
Indonesia berkisar antara 4,5 dan 7.0 ppm.
5. pH (derajat keasaman)
-
Air laut mempunyai kemampuan
menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH.
- Perubahan pH sedikit saja dari
pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat
menimbulkan perubahan dan ketidak seimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan
kehidupan biota laut.
-
pH air laut permukaan di
Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6.0 – 8,5.
- Perubahan pH dapat mempunyai
akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
- Akibat langsung Perubahan pH
adalah kematian ikan, burayak, telur, dan lain-lainnya, serta mengurangi
produktivitas primer.
- Akibat tidak langsung Perubahan
pH adalah perubahan toksisitas zat-zat yang ada dalam air, misalnya penurunan
pH sebesar 1,5 dari nilai alami dapat memperbesar toksisitas NiCN sampai 1000
kali.
6. Unsur hara
-
Sebagian besar unsur-unsur
kimiawi yang diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan dan binatang terdapat dalam air
laut dalam jumlah lebih dari cukup, sehingga kekurangannya tak perlu
dipertimbangkan sebagai faktor ekologi.
-
Dalam beberapa hal kepekatan
unsur “trace” menjadi penting, tapi ini terjadi sangat jarang sekali dibanding
dengan di darat.
-
Fosfat dan nitrat dalam
kepekatan bagaimanapun selalu dalam rasio yang tetap. Yaitu Dengan rasio N : P
yaitu 15 : 1. Rasio ini cenderung tetap dalam fito dan zooplankton. Hanya dalam
keadaan tertentu rasio dalam air berubah.
7.
PO4
-
Phosphat bisa berada dalam
bentuk senyawa organik maupun anorganik. Keduanya dalam bentuk butiran dan
larutan.
-
Dalam jaringan hidup terutama
dalam bentuk senyawa organik dan dilepaskan kembali ke air sebagai kotoran
maupun bangkai dalam bentuk butiran atau larutan.
-
Umumnya kekurangan fosfat dalam
laut mempengaruhi fotosintesa dan pertumbuhan sama besarnya.
8.
NO3
-
Samudera mendapatkan dari udara
bukan saja N tetapi juga NO3.
-
Seperti halnya PO4,
pertumbuhan dan fotosintesa dari tumbuh-tumbuhan laut (fitoplankton dan alga
bentik) dibatasi oleh kepekatan NO3 dalam air.
-
Selain unsur-unsur hara
tersebut, diatom mengambil sejumlah besar Si dari laut dan kekurangan kandungan
Si dapat menjadi faktor pembatas di perairan tertentu.
FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN LAIN YANG PENTING DIPERHATIKAN ADALAH
PENYINARAN MATAHARI, GELOMBANG DAN ARUS.
1. Sinar matahari
Sinar mempunyai arti penting dalam hubungannya dengan beraneka
gejala, termasuk penglihatan, fotosintesa, pemanasan dan perusakan aktinik.
Mata adalah sensitip terhadap kekuatan sinar yang berbeda-beda.
Binatang-binatang mangsa mudah mengetahui pemangsanya pada terang bulan
daripada gelap bulan. Dalam hubungannya dengan fotosintesis, intensitas dan
panjang gelombang sinar sangat penting. Alga hijau Enteromorpha kecepatan
fotosintesanya tinggi pada sinar merah, sangat kurang pada sinar biru, dan
sangat rendah pada sinar hijau. Bentuk-bentuk yang hidup di laut dalam
cenderung untuk menggunakan sinar-sinar dengan spaktrum hijau dan biru. Karena
sifat sinar yang masuk air, spektrum merah lebih banyak diserap air
dalamperjalanan ke bawah air.
Sinar punya
pengaruh buruk juga violet dan ultra ungu di spektrum. Diantara reaksi
fotokimia yang menyangkut pengaruh ini adalah pemecahan dengan cepat vitamin-vitamin-tertentu
dengan adanya sinar. Sinar ultra violet cepat sekali diserap oleh air sehingga
menjadi tidak penting.
2. Gelombang
Secara ekologis
gelombang paling penting di mintakat pasang surut. Di bagian yang agak dalam
pengaruhnya mengurang sampai ke dasar, dan di perairan oseanik ia mempengaruhi
pertukaran udara dan agak dalam. Gelombang ditimbulkan oleh angin, pasang-surut
dan kadang-kadang oleh gempa bumi dan gunung meletus (dinamakan tsunami).
Gelombang mempunyai sifat penghancur. Biota yang hidup di mintakat pasang surut
harus mempunyai daya tahan terhadap pukulan gelombang. Gelombang dengan mudah
menjebol alga-alga dari substratanya. Ia diduga juga mengubah bentuk
karang-karang pembentuk terumbu. Gelombang mencampur gas atmosfir ke dalam
permukaan air sehingga memulai proses pertukaran gas.
3.
A r u s
Arus mempunyai
pengaruh positif maupun negatif terhadap kehidupan biota perairan. Arus dapat
mengakibatkan rusaknya jaringan-jaringan jasad hidup yang tumbuh di daerah itu
dan partikel-partikel dalam suspensi dapat menghasilkan pengikisan. Di perairan
dengan dasar lumpur, arus dapat mengaduk endapan lumpur sehingga mengakibatkan
kekeruhan air dan mematikan binatang. Juga kekeruhan yang diakibatkan bisa
mengurangi penetrasi sinar matahari, dan karenanya mengurangi aktivitas
fotosintesa.
Manfaat dari arus
bagi banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota
tersebut dan pembuangan kotoran-kotorannya. Untuk algae kekurangan zat-zat
kimia dan CO2 dapat dipenuhi. Sedangkan bagi binatang CO2 dan produk-produk
sisa dapat disingkirkan dan O2 tetap tersedia. Arus juga memainkan peranan
penting bagi penyebaran plankton, baik holoplankton maupun meroplankton.
Sumber:
BIROWO, S. 1983 - Hydro-oceanographic condition of the
Sunda Strait : A reviev Kertas Kerja untuk Symposium 100 th Krakatau 1883 –
1983, Jakarta, 23 – 27 Agustus 1983 : 8 hal.
BARDACH, J.E. ; J.H. RYTHER and W.O. Mc LARNEY 1972 -
Aquaculture. The farming and Khusbandry of freshwater and marine organisms. John Wiley &
Sons. Inc; New York : 868 pp.
ENVIRONMENTAL PROTECTION AGENSY 1973 - Water Quality
Criteria ; a report of the Committee on Water Quality Criteria. EPA, Washington
D.C.
No comments:
Post a Comment