Bakteri
Vibrio
fischeri
Sebagai Sumber Cahaya
A. Biologi dan Habitat
Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen yang
tergolong dalam divisi bakteri, klas Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili
Vibrionaceae. Bakteir ini bersifat gram negatif, fakulttif anaerobik,
fermentatif, bentuk sel batang dengan ukuran panjang antara 2-3 um,
menghasilkan katalase dan oksidase dan bergerak dengan satu flagella pada ujung
sel.
Vibrio fisbheri tergolong
dalam jenis gram positif heterotrof. Ia dimasukkan dalam golongan ini sebab
struktur dinding selnya kaya peptidoglikan (senyawa yang membuat dinding sel
kuat) dan ketidakmampuannya berfotosintesis. Secara taksonomi, ia tergolong
dalam famili Vibrionaceae, yaitu famili besar yang meliputi bakteri yang
bersifat kooperatif maupun patogen terhadap organisme lain.
(www.pnas.org, 2008)
Gambar 3. Bentuk Tubuh Vibrio fischeri
B. Klasifikasi Bakteri Vibrio fischeri
Adapun klasifikasi dari Vibrio fischeri adalah sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class :
Gammaproteobacteria
Order : Vibrionales
Family : Noctuoidea
Genus : Vibrio
Specific descriptor :
fischeri - (Beijerinck 1889) Lehmann and Neumann 1896 (Approved Lists 1980)
Scientific name :
Vibrio fischeri (Beijerinck 1889) Lehmann and Neumann 1896 (Approved
Lists 1980)
(www.bioart.co.uk,
2008)
Gambar 1. Vibrio fischeri dalam
media
Keberadaan Vibrio fischeri ini di
lautan, terutama di daerah subtropis, sangat melimpah. Ia hidup secara
saprofit, pada daerah tertentu yang kaya nutrien. Selain itu, ia pun juga
bersimbiosis dengan organisme lain.
Beberapa organisme yang lampu bersimbiosis
dengannya adalah ikan dari famili Monocentridae dan Cephalophoda
(jenis siput-siputan) seperti Sepiola dan Euprymna. Namun, Vibrio
fischeri ini paling sering bersimbiosis yang adalah dengan Euprymna
Solopes, jenis cumi-cumi yang terdapat di perairan lautan Hawaii .
C. Cara Penyerangan dan Tingkat Pathogenitas
Vibrio
fischeri dapat menghasilkan cahaya sendiri saat
menempel pada inangnya. Bagi organisme inang, cahaya yang diproduksi Vibrio
fischeri menjadi pelindung terhadap predatornya. Cahaya itu dapat
menghilangkan bayangan tubuhnya yang tampak di bawah permukaan air. Sementara, Vibrio
fischeri sendiri melalui simbiosis itu mendapatkan nutrisi dari inangnya.
Proses menempelnya
Vibrio fischeri ini bisa dibilang unik. Mulanya,
saat inang masih muda (juvenile), ia mengeluarkan senyawa mukoid di
dekat tubuh inang. Senyawa ini mempermudah si bakteri mengenali pori - pori
tubuh inang. Setelah itu, mikroorganisme ini memasuki pori-pori inangnya dan
masuk ke lapisan yang lebih dalam dengan bantuan flagela yang dimilikinya.
Lebih menariknya, ketika Vibrio fischeri
ini mulai menempel, inangnya mengeluarkan senyawa racun, yaitu peroksida (H2O2).
Namun, si bakteri tetap saja
menempel. Hal ini disebabkan karena si bakteri memiliki dengan enzim katalase.
Dengan enzim tersebut, ia mengkatalisis zat racun tersebut menjadi senyawa lain
yang tak berbahaya dan melepaskannya ke lingkungan.
Akibat masuknya
Vibrio fischeri, beberapa sel inang mengalami kematian (apoptosis).
Sehingga, tubuh mikroorganisme dan inang benar-benar menyatu. Setelah beberapa
minggu, mikroorganisme akan kehilangan flagelanya. Ia mengalami pengecilan
ukuran dan mulai mengemisikan cahaya. Emisi cahaya oleh mikroorganisme inilah
yang menyebabkan bagian tertentu cumi-cumi tampak bercahaya. Hal ini sering disebut light organ.
Gambar 2. Simbiosis Vibrio fischeri dengan Loligo sp.
Ekspresi dari
cahaya itu dikendalikan oleh gen-gen Vibrio fischeri, yakni luxA dan
luxB. Gen-gen tersebut mengendalikan produksi enzim
luciferace. Dalam tubuh bakteri ini dua gen tersebut diorganisir oleh sebuah
operon, yakni sekelompok gen yang ekspresinya diatur oleh protein
operator-regulator.
Operon tak hanya
terdiri dari luxA dan luxB. Ia juga tersusun atas luxI, luxC, luxD,
luxE dan luxG. LuxI berfungsi dalam mengendalikan pembentukan enzim yang
bertanggung jawab membentuk senyawa sinyal, N-(3-oxyhexanol) Homoserine
Lactone (AHL)
Untuk mengaktifkan
luxA dan luxB, Vibrio fischeri menggunakan sebuah sistem yang disebut quorum
sensing. Quorum sensing ini memungkinkan bakteri untuk berkoordinasi
guna merespon perubahan kondisi lingkungan yang terjadi.
Senyawa sinyal
yang dihasilkan LuxI tersebut kemudian disekresikan ke lingkungan. Pada
populasi sel yang kecil, senyawa sinyal yang diproduksi pun juga sedikit. Hal
ini menyebabkan senyawa tersebut tak mampu ditangkap oleh protein penangkap
sinyal (LuxR). Oleh karena itu, populasi sel harus besar agar senyawa
sinyal mampu diproduksi dan dapat ditangkap oleh LuxR.
Ketika LuxR
mampu menangkap senyawa sinyal, ia bersama AHL akan membentuk suatu kompleks.
Ia kemudian terikat pada suatu daerah di DNA yang disebut lux box. Terbentuknya
kompleks inilah yang menyebabkan luxA dan luxB teraktifkan.
Vibrio fischeri dapat
digunakan untuk memprediksi tingkat pencemaran yang terjadi. Adanya zat
pencemar menyebabkan cahaya yang diproduksi makin redup. Senyawa racun tersebut
akan menghambat pembentukan senyawa sinyal sehingga produksi cahaya pun terhamabat.
Vibrio sp. dalam
penyerangannya diperkirakan bahwa kerusakan yang terjadi tersebut diakibatkan
oleh serangan bakteri dengan populasi yang sangat padat. Bakteri ini mudah
menular lewat luka-luka ikan yang lain akibat sentuhan ekor yang sakit. Bakteri
yang paling dominan adalah Vibro sp karena mempunyai kemampuan yang baik untuk
hidup di air laut dan pertumbuhannya untuk membentuk koloni lebih cepat
dibandingkan dengan bakteri yang lain. Pada dasarnya penyakit ini tidak begitu
berbahaya, tetapi yang menjadikan bahaya justru infeksi sekunder jenis bakteri
lain yang dapat memperparah penyakit tersebut dan menyebabkan kematian ikan.
Berdasarkan
pengamatan visual terhadap bakteri pathogen spesies Vibrio, maka bakteri ini
dapat dibedakan berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran koloni yang tumbuh pada
media TCBS agar setelah masa inkubasi 24 - 48 jam pada suhu kamar (30°C).
Bakteri dari spesies Vibrio secara langsung akan menimbulkan penyakit
(pathogen), yang dapat menyebabkan kematian biota laut yang menghuni perairan,
dan secara tidak langsung bakteri yang terbawa biota laut seperti ikan akan
dikonsumsi oleh manusia, sehingga menyebabkan penyakit pada manusia.
D. Ciri-ciri Ikan yang Terserang
Ikan yang terkena Vibriosisi akibat suntikan bakteri
tersebut, akan mengalami perubahan warna kulit menjadi lebih gelap dan daerah
bekas suntikan akan menjadi borok. Selanjutnya akan terjadi pendarahan pada
bagian peritonial dan ginjalnya akan rusak. Selain itu ikan juga menunjukkan
gejala ikan kurang nafsu makan, busuk sirip dan akumulasi cairan di bagian
abdomen.
E. Cara Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan
Quorum sensing pada bakteri
digunakan unutk regulasi produk-produk metabolit sekunder mereka seperti
bioilumunosensi pada Vibrio fischeri, Transfer plasmid Ti pada Agrobacterium
tumafaciens dan produksi antibiotik phenazine pada Pseudomonas aureofaciens.
Pada pengobatan vibriosis
dapat dilakukan dengan cara penambahan antibiotik dapat dilakukan antara lain :
- Menggunakan
Oxytetracycline sebanyak 0,5 garam per kg makanan ikan selama 7 hari.
- Menggunakan Sulphonamides 0,5 gram per kg makanan ikan selama 7 hari.
- Chloromphenicol sebanyak 0,2 gram per kg berat makanan ikan selama 4 hari.
- Nitrofurozon
15 ppm, selama lebih kurang 4 jam.
- Sulphonamides 50 ppm, selama lebih kurang 4 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Dunlap,
P. V., Kumiko Kita, Tsukamoto, John B. Waterbury ,
Sean M. Callahan. 1995. Isolation and characterization of a visibly luminous
variant of Vibrio fischeri strain ES114 from the sepiolid squid Euprymna
scolopes. http://www.medmicro.wisc.edu/labs/mcfall_ruby_papers/pdf/1995/Dunlap_Callahan_Sep1995_ArchMicrobiol.pdf
Feliatra. 1999. Identifikasi Bakteri
Patogen (Vibrio Sp) Di Perairan Nongsa Batam Propinsi Riau. http://www.unri.ac.id/jurnal/jurnal_natur/vol2/5.pdf.
Hoffmann,
C., D. Sales, N. Christofi. 2003. Combination ecotoxicity and testing of common
chemical discharges to sewer using the Vibrio fischeri luminescence bioassay. http://www.im.microbios.org/2003/Hoffman.pdf
V.
KalcienÄ—, A. Cetkauskaite. 2006. Effects of elemental sulfur and metal sulfides on
Vibrio fischeri bacteria. http://images.katalogas.lt/maleidykla/Bio62.pdf
Zhou, X., Hideo Ukamura, Sinichi
Nagata. 2006. Applicability of Luminescent Assay Using Fresh Cells of Vibrio fischeri for Toxicity Evaluation.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12730711.pdf
No comments:
Post a Comment