Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air
Pewarnaan Tubuh Ikan
R.Adhariyan Islamy (0910810063)
Abstract
Fototaksis and coloration of the body is one fish adaptations
to their environment to survive.
Fototaksis is taksis movement caused by stimulation of two types namely
cahaya. Coloration of the fish body and essentially unlimited
range of colors and beauty that have value for the prey to survive. The method used in fototaksis is with the aid of
artificial light from a flashlight with six different fish species. While the
coloration of the fish body using the method of colored plastic wrap help jar
observations. In group 9, the results obtained by observation fototaksis in
carp (Cyprinus carpio) negative fototaksis, red pacu fish (Colossoma macropomum) positive fototaksis, fish Snakeskin
Gurami (Trichogaster pectoralis) positive fototaksis, Nila (Oreochromis
niloticus) negative fototaksis, cat fish
(Pangasius
hyphopthalmus)
negative fototaksis and Shrimp Galah (Macrobrachium resenbergii) negative
fototaksis. In the coloration of fish body, able to absorb the color of the
plastic used. Color changes that occurred in
fish Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) in group 9 were treated with initial
colors wrapped in yellow plastic body and during 24 hours of the final color
yellow body more clearly, after three minutes of fin colors fade with t0
= t1 = 08:00 and 08:02.
Keywords
: fototaksis, light, water, fish, body color
Abstrak
Fototaksis dan pewarnaan tubuh merupakan
salah satu adaptasi ikan terhadap lingkungannya untuk bertahan hidup.
Fototaksis adalah gerakan taksis yang disebabkan oleh rangsangan cahaya.
Fototaksis ada dua jenis yaitu fototaksis negative dan fototaksis positif. Pewarnaan tubuh ikan dan warna dasarnya tidak
terbatas ragam dan keindahannya yang mempunyai nilai bertahan untuk
memangsanya. Metode yang digunakan dalam fototaksis adalah dengan bantuan
cahaya buatan dari senter dengan 6 spesies ikan yang berbeda. Sedangkan pada
pewarnaan tubuh ikan menggunakan metode bantuan plastic berwarna yang
membungkus toples pengamatan. Pada
kelompok 9, hasil
yang didapatkan pengamatan fototaksis yakni pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)
fototaksis negatif, ikan bawal merah (Colossoma macropomum) fototaksis positif, Ikan sepat (Trichogaster pectoralis) fototaksis
positif, Ikan Nila (Oreochromis niloticus) fototaksis negatif, ikan patin (Pangasius
hyphopthalmus) fototaksis negatif dan
Udang Galah (Macrobrachium resenbergii) fototaksis negatif. Pada
pewarnaan tubuh, ikan mampu menyerap warna dari plastik yang digunakan. Perubahan warna yang terjadi pada ikan Sepat Siam (Trichogaster
pectoralis) pada kelompok 9 adalah dengan perlakuan dibungkus plastik kuning warna
awal tubuh kuning dan selama 24 jam
warna akhir tubuh kuning lebih jelas, setelah 2 menit warna sirip memudar dengan t0 = 08.00 dan t1= 08.02
Kata kunci : fototaksis,
cahaya, perairan, ikan, warna tubuh
1.PENDAHULUAN
1.1 Pengertian dan Jenis
Fototaksis
Menurut Sudarsono (2010), fototaksis adalah gerak taksis
yang menyebabkan oleh adanya rangsangan berupa cahaya.Ikan tertarik cahaya
melalui otak (pineal rigean pada otak).Peristiwa tertariknya ikan pada cahaya
disebut fototaksis.Dengan demikian ikan tertarik oleh cahaya hanyalah ikan-ikan
fototaksis,yang umumnya adalah ikan-ikan pelagis dan sebagian kecil ikan
demersal,sedangkan ikan-ikan yang tidak tertarik oleh cahaya akan menjauhi
cahaya biasa disebut fotophobi.
Menurut Sahely (2009) dalam
Muller dan Steehan (2010),organisme mortil untuk mengeksplorasi lingkungan
mereka terus menerus dihadapkan sejumlah besar rangsangan yang membutuhkan
hewan untuk membuat keputusan navigasi terlihat pada hewan dengan sistem syaraf
sederhana dan juga pada neotiatus maka setidaknya beberapa aturan keputusan
harus independen dari pengalaman.Untuk hewan visual ,stimulus yang paling
penting adalah gradien cahaya.Proses ini sebut fototaksis positif atau negatif
tergantung arahnya.Phototaksis merupakan fenomena luas diamati bahkan dalam
bentuk sedimenter diprokarida.Pada sukariota,phototaksis diperkirakan telah
berevolusi secara independent setidaknya delapan kali.
1.2 Pewarnaan Tubuh Ikan
Menurut Adisendjaja (2003), zat warna yang ada pada kulit
sangat berguna untuk menahan cahaya ultraviolet dan sinar matahari yang dapat
merusak jaringan kulit. Bila terlalu lama berjemur di bawah sinar matahari
warna kulit akan menjadi sangat gelap. dilain pihat ada sejenis ikan dan
salamander yang hidup dalam goa yang gelap tak memiliki warna sama sekali.
Warna putih dengan sedikit kemerah
merahan yang disebabkan oleh warna darah yang ada di permukaan kulit. jika
hewan tersebut dipelihara di aquarium di bawah sinar matahari, setelah beberapa
hari akan timbul bintik-bntik warna coklat kehitaman di bagian tubuh yang
terkena sinar. Hal ini dan juga kita alami jika sering terkena sinar matahari
dapat terjadi adanya pembentukan pigmen.
Menurut Agusindra (2010), telah dipahami dam
diklasifikasikan, pewarnaan pada tubuh ikan dikelompokkan menjadi tiga kategori
umum berdasarkan fungsinya yaitu:
- Kamuflase
Tipe pewarnaan ini merupakan yang paling banyak dipakai
oleh ikan dan tergolong sangat penting. Banyak dipakai oleh ikan dan tergolong
sangat penting. Banyak dipaki oleh ikan untuk menghindar dari berbagai macam
predator yang siap untuk memangsa.
- Menjual diri
Sistem menjual diri adala system lain warna dan perubahan
warna pada ikan. Di dalam air yang sudah padat dengan berbagai macam mahluk,
menjual diri merupakan salah satu strategi untuk menjaga eksirtensi, identitas
dan juga mencari pasangan.
- Mimikri
Mimikri merupakan tipe umum ketiga dari pewarnaan dan
proses barunya oleh ikan, dalam rangka pertahanan diri atau bertahan. Beberapa
jenis ikan menguraikan penampakan (atau tingkah laku) dari spesies lainnya untuk
mempertahankan diri atau sekalian memangsanya.
1.3
Cone and Rod pada Ikan dan Udang
Menurut Kimball (1983), reseptor penglihatan sebenarnya
pada mata adalah batang dan kerucut.Yaitu sel-sel tersusun rapat tepat di bawah permukaan
retina .(1) Batang kira-kira ada 100 juta batang dalam setiap mata.Batang
terutama dipakai untuk penglihan cahaya suram dan teramat peka terhadap
cahaya.Akan tetapi bayangan yang dihasilkan batang-batang ini tidak tajam.Satu
batang dapat mengawali impuls dalam rangkaian tersebut tetapi otak tidak
mungkin menentukan batang mana dalam kumpulam itu yang terlibat.(2)
Kerucut.Lebih sedikit yang kita ketahui bagaimana kerucut itu bekerja dibanding
dengan bagaimana batang bekerja.Kerucut itu sangat banyaknya (sekitar 15.000
setiap milimeter persegi) di satu daerah retina ,yaitu fovea, suatu daerah
tepat di sebarang lensa.Berbeda dario batang,kerucut hanya bekerja dalam cahaya
terang.
Menurut Scheer (1984), pada jantan dan hewan diurnal
lainnya sel kerucut adalah partikulasi agresi didalam pusat fovea.Disamping itu
selaput dari sel batang dan sel kerucut memiliki pigmen epittelium,proses dari
sel bersamaan dengan setiap sel visual dimana mata beradaptasi unruk
mendapatkan cahaya.Suatu catatan dimana mata (mush) hanaya memiliki sel batang
(testudo),sel kerucut dan (rana jantan) memiliki keduanya.
Menurut Weichert (1959), fotoreseptor neurosensorik
disebut batang dan kerucut terletak dibagian terluar sensori dari retina,yang
terletak dilapisan koroid dan jauh dari cahaya,sel batang dan sel kerucut
berbeda dalam bentuk,sel batang berbentuk tipis sedangkan sel kerucut berbentuk
pendek dan tebal.
1.4
Pengaruh Cahaya Terhadap Pergerakan Ikan
Adaptasi dari badan ikan terhadap lingkungan internal dan
eksternal,sedangkan reaksi ikan merupakan respon yang berhubungan tingkah laku
ikan karena adanya rangasangan eksternal.Terdapat dua bentuk reaksi dari hewan
terhadap cahaya yaitu fotokinesis dan fototaksis.Fotokinesis adalah respon
dalam kecepatan perubahan darah gerakan terhadap suatu intensitas cahaya,sedangkan
fototaksis adalah tindakan lokomotor dari suatu organisme mendekat (positif)
atau menjauhi (negatif) dari sumber cahaya (Ben Yaml,1987 dalam Utami 2006).
Menurut Suherman (2002), cahaya berpengaruh besar dalam
orientasi migrasi ikan secara mudah dapat dihubungkan tingkah laku diurnal
dengan siklus diurnal matahari.Hubungan cahaya dengan hasil penangkapan ikan
telah dikenal oleh nelayan sejak dahulu.Pengaruh cahaya terhadap tingkah laku
ikan tidak mudah dipisahkan.Hela dan Laevestu (1970) dalam Suherman (2002) juga menyatakan bahwa cahaya buatan akan
merangsang banyak organisme laut untuk mendekati.Sehingga organisme laut
tersebut akhirnya merupakan makanan bagi ikan-ikan pemangsa lainnya.
1.5 Klasifikasi Warna
Menurut Simpson et.al
dalam Prinandoyo (2005), komponen utama pembentuk sel pigmen merah dan
kuning ini adalah karotenoid. Di alam timbulnya pigmen pada ikan dikarenakan
oleh karotenoid dari makanan alami sedangkan pada ikan yang di pelihara dalam
bak penampungan mendapatkan sumber kaortenoidnya dari pakan buatan. Pemberian
karotenoid memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan pigmen merah dan kuning
pada ikan koki, koi, dan botia. Warna kuning disebabkan oleh adanya sel pigmen
atau khromatophor yang disebut xantophora.
Menurut Adisendjaja (2003), selian tidak berwarna
binatang yang hidup di gua juga tidak mampu melihat warna. Berkaitan dengan hal
tersebut ada aturan yang cukup berlaku umu tetapi ada pengecualian. Aturan
tersebut adalah bloger, yang berfungsi: pada spesies hewan yang homoplem
(berdarah panas), pigmen kuning kecoklatan dan merah sangat umum di habitat
kering, dan pigmen akan berkurang di daerah beriklim dingin. Secara umum dapat
dikatakan bahwa warna hanya dapat terlihat pada bagian-bagian yang terkena
cahaya matahari.
1.6 Proses Pewarnaan Tubuh Ikan
Menurut Fuji (1969) dalam
Rustidja (1996), perubahan warna ikan pada warna dasarnya telah banyak
diketahui, perubahan-perubahan tersebut karena perantaraan dari aktifitas
pigmen-pigmen integument yang mengandung sel-sel, disebut kromatopora, sesuai
denagan kandungan pigmen-pigmen kromatophore pad aikan umumnya diklasifikasikan
menjadi melanophore (coklat atau hitam), eritophore (merah), xantophore
(kuning), iridophore (berkilau-kilaian), leucophore atau iridophore mengandung pigmen-pigmen
tak berwarna (guarine primer), tetapi pada mulanya mengandung Kristal-kristal
kecil dimana dapat berpindah ke belakang dank e mitha dalam sitoplasma,
kemudian menjadi Kristal-kristal besar yang tak mampu berpindah dan biasanya
menumpuk dalam lapisa-lapisan.
Menurut Fuji dan Oshima (1986) dalam Oshima dan Akiko (2002), warna kulit ikan diproduksi sebagai
hasil dari penyerapan panjang gelombang tertentu dari sinar cahaya oleh pigmen
dan dengan hamburan dan refleksi cahaya oleh intro selluler dengan indeks bias
yang berbeda dari matriks sitoplasma. Penyerapan chaya olh pigmen dicapai
dengan menyerap cahaya sel pigmen (kromatophore) termaksuk melanophores,
erytophores, xantophores dan cyanophores, sementara fenomena terakhir engan
tidak adanya bahan berwarna, tergantung pada kehadiran cahaya mencerminkan
kromophore, leucophores dan iridophores.
1.7 Faktor yang Mempengaruhi Perwarnaan Tubuh
Selain factor makanan yang dapat mempengaruhi perubahan
warna pada ikan adalah lingkungan pemeliharaan. Ikan yang dipelihara pada
kondisi terang akan memberikan reaksi warna berbeda dengan ikan yang dipelihara
di tempat gelap karena adanya perbedaan reaksi nelarosom yang mengandung pigmen
melanofor terhadap rangsangan cahaya yang ada (Said et.al, 2005).
Menurut Bseakeng (2000) dalam Kurnia et.al
(2010), menyatakan bahwa warna kulit ikan dipengaruhi oleh sumber asx, laju
dosis, durasi makanan dan komposisi diet astaxantin yang telah diisolaso dari
berbagai sumber, termaksuk bagi rhodozyna heterobaridiomycetous.
2.2 Fungsi alat dan Bahan
2.2.1 Fungsi Alat
a. Fototaksis
Alat-alat yang digunakan pada praktikum mengenai
Fototaksis ialah sebagai berikut :
·
Senter : sebagai sumber cahaya untuk menentukan
jenis fototaksis ikan.
·
Aquarium : sebagai media
pengamatan ikan.
·
Steroform : untuk menutup bagian
atas aquarium.
·
Aerator : sebagai alat penyuplai oksigen pada
media pengamatan.
·
Selang
aerasi : sebagai saluran
untuk menyuplai udara atau oksigen.
·
Batu
aerasi : untuk
menyaring udara atau oksigen.
b. Pewarnaan Tubuh Ikan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum mengenai
Pewarnaan Tubuh Ikan ialah sebagai berikut :
·
Toples : sebagai sumber
cahaya untuk menentukan jenis fototaksis ikan.
·
Kamera
digital : untuk mengambil gambar ikan sebelum
dan sesudah pengamatan.
·
Aerator : sebagai alat
penyuplai oksigen pada media pengamatan.
·
Selang
aerasi : sebagai saluran
untuk menyuplai udara atau oksigen.
·
Batu
aerasi : untuk
menyaring udara atau oksigen.
·
Stopwatch
:
untuk menghitung waktu.
·
Ember : tempat ikan
sebelum diamati.
·
Lap
basah :
untuk pengkondisian agar ikan tidak
stres.
·
T : sebagai
percabangan selang aerator.
2.2.2 Fungsi Bahan
a. Fototaksis
Bahan-bahan yang
digunakan pada praktikum mengenai fototaksis ialah sebagai berikut :
· Ikan nila (Oreochromis niloticus) : sebagai bahan yang akan diamati.
· Ikan mas (Cyprinus carpio) : sebagai bahan yang akan diamati.
· Ikan sepat (Trichogaster sp) : sebagai bahan yang akan diamati.
· Udang galah (Macrobachium rossenbergii) : sebagai bahan yang akan diamati.
· Ikan patin (Pangasius hypopthalmus) : sebagai bahan yang akan diamati.
· Ikan bawal merah (Collosoma macropomum) : sebagai bahan yang akan diamati.
· Plastic gelap : untuk membungkus
aquarium agar cahaya tidak masuk.
· Air :
sebagai media tempat hidup ikan.
b. Pewarnaan Tubuh Ikan
Bahan-bahan yang
digunakan pada praktikum mengenai Pewarnaan Tubuh Ikan ialah sebagai berikut :
·
Plastik
(hitam,merah ,ungu,kuning,biru) :
sebagai penutup toples dan mengetahui respon ikan terhadap warna.
·
Karet
gelang : untuk
mengikat plastik yang menutupi toples.
·
Air : sebagai
media hidup ikan.
·
Ikan
sepat (Trichogaster sp) : sebagai
bahan yang akan diamati.
3.DATA HASIL PENGAMATAN
3.1 Tabel Pengaruh
Fototaksis
Kelompok
|
Nila
|
Mas
|
Udang
galah
|
Patin
|
Bawal
merah
|
Sepat
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
2
|
-
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
3
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
4
|
-
|
+
|
-
|
-
|
+
|
+
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
7
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
8
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
9
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
10
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan
:
+ : fototaksis positif
- - :
fototaksis negatif
3.2 Tabel Pengaruh Pewarnaan
Tubuh
Kel
|
Perlakuan
|
WarnaAwal
|
WarnaAkhir
|
to
|
ti
|
1
|
Kontrol
|
- Warna
dorsal dan ventral kuning, kaudalkuning.
|
- Warna tetap.
|
08.00
|
08.08.06
|
Pengamatan
|
- Perutkuning,
dorsal kuning.
- Terdapat titik putih disirip caudal, dorsal, pectoral.
|
- warna
di dekat operculum menjadi hitam.
|
|||
2
|
Kontrol
|
- Ikan berwarna kuning cerah,
transparan.
- -Terdapat garis tubuh warna keemasan.
- Terdapat
spot dibagian ekor.
|
- Kuning cerah.
- Terdapat garis tubuh warna keemasan.
- Spot
di caudal.
|
08.05
|
|
Pengamatan
|
- Ikan berwarna kuning cerah transparan.
- Garis warnanya terang spot ada 2 diekor.
|
- Kuning cerah.
- Dibagian perut terdapat warna merah.
|
08.05
|
08.14.37
|
|
3
|
Kontrol
|
- Ada
spot pada bagian sirip anal.
|
- Mata
berwarna merah.
|
08.15
|
08.16.58
|
Pengamatan
|
- Punggung kuning.
- Perut merah.
|
- Disekitar
pectoral berwarna biru.
- Bagian
dorsal berwarna biru.
|
|||
4
|
Kontrol
|
- Dorsal
dan ventral kuning.
- Caudal
dan anal terdapat titik-titik putih.
|
-
Warna tetap.
|
08.00
|
|
Pengamatan
|
- Sirip
ventral lebih kuning dari control, terdapat titik putih.
|
- sirip
anal lebih kuning (terang).
|
08.00
|
08.08.44
|
|
5
|
Kontrol
|
- Anal
ventral lebih kuning.
- Caudal
dan anal terdapat titik-titik putih.
|
- Warna tetap.
|
||
Pengamatan
|
- Anal
dan caudal kuning.
|
- Warna ungu mengkilau di bagian perut dan Operculum sedikit gelap.
|
08.00
|
08.00.55
|
|
6
|
Kontrol
|
- Caudal
kuning.
|
- Warna pada sirip anal berubah menjadi hitam
|
08.00
|
08.02.00
|
Pengamatan
|
- Mata warna kuning.
- Perut putih.
- Ventral
kuning
|
||||
7
|
Kontrol
|
- Pinggiran mata berwarna kuning.
- Bagian perut berwarna putih.
- Sirip
anal berwarna kuning dan terdapat
Spot berwarna putih.
|
|||
Pengamatan
|
- Berwarna putih bagian perut.
- Pinggiran mata berwarna kuning.
|
- Warna merah pada bagian kepala, perut dan sirip
anal warnanya tetap.
|
08.16
|
08.39.14
|
|
8
|
Kontrol
|
- Dorsal
dan ventral kuning.
- Pangkal ekor terdapat titik hitam.
|
08.15
|
||
Pengamatan
|
- Dorsal
dan ventral kuning.
|
- Insang biru dorsal dan ventral biru.
|
08.15
|
08.15.42
|
|
9
|
Kontrol
<.td>
|
- Ikan berwarna kuning muda.
- warna perut lebih putih.
|
|||
Pengamatan
|
- Bagian
dorsal kuning.
- ventral
berwarna kuning.
- bagian perut putih.
|
- Kuning pada mayoritas tubuhnya.
|
08.00
|
08.02.00
|
|
10
|
Kontrol
|
- Warna lebih kuning.
- Ukuran lebih kecil di banding ikan pengamatan.
- perut berwarna perak.
|
- Warna lebih kering atau cerah.
|
08.00
|
|
Pengamatan
|
- Warna lebih putih.
- Perut berwarna putih.
- Caudalnya putih.
|
- Warna berubah ungu pada bagian perut kebawah sampai sirip anal
|
08.00
|
08.08.07
|
Analisa
Grafik
Berdasarkan praktikum fisiologi hewan air mengenai
pewarnaan pada tubuh ikan diperoleh hasil kelopok 7 dengan menggunakan plastik
berwarna merah membutuhkan waktu untuk pembeudaran warnanya paling lama yaitu
23 menit 14 detik, ini sesuai karena warna merah mempunyai warna panang
gelombang yang tinggi, sehingga waktu yang dibutuhkan juga lama. Sedangkan pada
kelompok 10 dengan menggunakan plastik warna ungu memerlukan waktu untuk
pembeudaran warna selama 30 detik saja. Hal ini sesuai karena warna ungu mempunyai
panjang gelombang warna yang pendek, sehingga besar panjang gelombang semakn
lma waktu yang dibutuhkan untuk pembeudaran waran pada tubuh ikan, sebaliknya
semakin pendek panjang gelombang warna semakin cepat pula waktu untuk
pembeudaran warna.
4. PEMBAHASAN
4.1 Analisa Prosedur
4.1.1 Fototaksis
Hal pertama
yang harus dilakukan dalam praktikum Fisiologi Hewan Air dengan materi
fototaksis adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat – alat yang digunakan adalah
aquarium persegi bahan kaca datar sebagai media pengamatan ikan, senter sebagai
sumber cahaya pada saat pengamatan, aerator sebagai suplai oksigen, nampan
untuk menutup bagian atas aquarium. Bahan – bahan yang digunakan adalah ikan
Mas (Cyprinus carpio) , ikan Patin (Pangasius hypopthalmus), ikan Sepat (Trichogaster sp), ikan Bawal merah (Collosoma macropomum) , Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii) kelima
ikan tersebut sebagai objek yang diamati fototaksisnya. Air sebagai media hidup
ikan, plastic gelap hitam untuk menutup aquarium, selotip untuk meletakkan
plastic pada aquarium, kertas label untuk menandai aquarium.
Setelah alat dan bahan sudah siap, Isi aquarium persegi
denagn air sebagai media hidup ikan sebanyak ¾ bagian agar ikan tidak mudah
melompat keluar dan air tidak tumpah ketika ikan dimasukkan. Penggunaan
aquarium dikarenakan akca aquarium yang datar sehingga tidak membelokkan atau
membiaskan cahaya dapat memudahkan pengamatan saat pemberian cahaya dari lampu
senter. Lalu aquarium dibungkus dengan
plastik besar berwarna hitam agar cahaya tidak dapat menembus atau masuk dalam
aquarium. Pada bagian plastik diberi lubang untuk jalan masuknya cahaya.
Kemudian ikan Mas (Cyprinus carpio) , ikan
Patin (Pangasius hypopthalmus), ikan
Sepat (Trichogaster sp), ikan Bawal
merah (Collossoma macropomum) , Udang
Galah (Macrobrachium rosenbergii), dimasukkan
kedalam aquarium yang berbeda – beda dan diberi kerrtas label untuk menandai
jenis ikan dalam aquarium. Menggunakan ikan yang berbeda – beda untuk
mengetahui iakn mana yang melakukan fototaksis positif, fototaksis negative dan
fototaksis netral. Lalu pengamatan
menuggu malam hari karena tidak cahaya terang yang dapat mempengaruhi hasil
dari pengamatan fototaksis. Lalu diberi sumber cahaya dari lampu bersifat fokus
yaitu lampu senter. Pemberian cahaya dilakukan untuk mengetahui perubahan ikan mana yang melakukan fototaksis
positif, fototaksis negatif, dan fototaksis netral. Setelah itu diamati tingkah
laku yang terjadi dan hasil pengamatan dicatat pada table pengamatan.
4.1.2 Pewarnaan Tubuh
Langkah pertama yang harus dilakukan dalm praktikum
Pewarnaan Darah adalah disiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan adalah
toples kapasitas 2 liter sebanyak 2 buah sebagai wadah ikan saat pengamatan
pewarnaaan tubuh,stopwatch untuk menghitung waktu pengamatan,kamera digital
untuk mengambil gambar hasil pengamatan filamen darah,aerasi untuk menghasilkan
udara dalam toples, selang aerator sebagai sumber oksigen dalam toples,batu
aerasi untuk menyebarkan oksigen dalam toples. Bahan yang digunakan adalah ikan
sepat kuning ( Trichogaster sp )
digunakan sebagai objek pengamatan pewarnaan tubuh,plastik warna
biru,hitam.merah,ungu,kuning,digunakan sebagai media hidup ikan,lap basah untuk
pengkondisian lembab agar ikan tidak mati.
Langkah selanjutnya adalah disiapkan 2 buah toples
berkapasitas 2 liter,masing – masing toples diisi ¾ bagian agar ikan tidak
tumpah saat dimasuki ikan. Selain itu tujuan digunakan toples bening supaya supaya memudahkan dalam
mengamati warna ikan. Setelah itu ikan Sepat Kuning ( Trichogaster sp ) dimasukkan kedalam masing – masing dan
diadaptasikan selama 15 menit agar ikan tidak stress. Tujuan digunakan ikan
sepat ( Trichogaster sp ) adalah
karena ikan tersebut mudah memudar warna dan memiliki pigmen bening. Lalu
dicatat warna tubuh awal untuk membandingkan warna setelah diberi perlakuan.
Setelah itu diberi aerasi untuk menghasilkan udara.
Sebelum ikan ditempatkan pada toples yang kedua digunakan
sebagai kontrol. Setelah itu toples yang akan diberi perlakuan ditutup plastik.
Sesuai dengan kelompok 1 dan kelompok 6 plastik warna hitam,kelompok 2 dan 7
plastik warna merah,kelompok 3 dan 8 plastik warna kuning,kelompok 4 dan 9
plastik warna kuning,kelompok 5 dan 10 plastik warna ungu. Lalu toples yang
telah diberi plastik,diikat dengan karet gelang agar toples tertutup rapat.
Kemudian dibiarkan selama 24 jam,ikan difoto agar diketahui perubahan
warna,lalu diamati dan dicatat waktu saat warna tubuh ikan kembali normal. Lalu
dicatat hasilnya.
4.2 Analisa Hasil
4.2.1 Fototaksis
Dari praktikum tentang fototajsis diperoleh hasil
kelompok 1-10 untuk ikan nila (Oreochromis
niloticus) berjenis fototaksis negative, ikan mas (Cyprinus carpio) untuk kelompok 1,5,8,9,10 mengalami fototaksis
negative sedangkan kelompok 2,3,4,6,7 mengalami fototaksis positif, udang galah
(Macrobrachium rossenbergii) pada
kelompok 1-10 mengalami fototaksis negative. Begitupun pada ikan patin (Pangasius hypopthalmus) juga mengalami
fototaksis negative. Ikan bawal merah (Colossoma
macropomum), untuk kelompok 1,2,4,9 mengalami fototaksis positif, sedangkan
kelompok 3,5,6,7,8,10 mengalami fototaksis negative. Untuk ikan sepat (Trichogaster sp) pada kelompok 1,5,10
mengalami fototaksis negative,sedangkan pada kelompok 2,3,4,6,7,8,9 mengalami
fototaksis positif. Dalam hal ini ikan yang bersifat fototaksis positif termasuk hewan diurnal
yaitu hewan yang aktif pada siang hari,baik berberak maupun mencari makan.
Sedangjan ikan-ikan yang berfototaksis negative termasuk ikan nocturnal yaitu
ikan yang aktif pada malam hari, baik saat mencari makan maupun bergerak.
Menurut He (1989) dalam
Utami (2006), terdapat teori tentang
ikan berenang mendekati sumber cahaya (fototaksis yaitu forced movement theory, adaptation
theory dan feeding phototaksis theory),
sedangkan factor-faktor yang mempengaruhi fototaksis pada ikan adalah faktor
internal seperti umur, jenis kelamin dan kepenuhan isi lambung serta factor
eksternal seperti temperatu air, level lingkungan cahaya (dini hari dan bulan
purnama), intensitas dan warna dari sumber cahaya, ada tidaknya makanan dan
kehadiran predator.
Dari pengamatan ikan mas (Cyprinus carpio) adalah
tergolong ikan fototaksis negative karena saat diberi rangsangan berupa
cahaya, ikan mas membelakangi cahaya sehingga ikan mas dapat disimpulkan aktif
di malam hari (nocturnal); hidup didasar dan termasuk dlam ikan sel batang yang
mengandung pigmen peka terhadap cahaya selain itu cara dia mencari makan dengan
cara mencari makan di tepi perairan. Hal tersebut dapat dijelaskan dalam Laili
(2007) dalam Khairuman (2002), bahwa ikan mas biasa hidup
di perairan air tawar yang tidak terlalu
dalam dan alirannya tidak terlalu deras, misalnya dipinggiran sungai atau atau
danau. Ikan mas dapat hidup diketinggian 150-600 m di atas permukaan laut dan
suhu 25-30°C, pH air antara 7-8. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas gterkadang juga ditemukan di perairan
payau atau dimuara sungai yang bersalinitas (kadar garam).
4.2.2 Pewarnaan Tubuh
Dari data hasil pengamatan diperoleh bahwa ikan sepat (Trichogaster sp.) pada kelompok 7 dengan perlakuan dibungkus plastik warna merah
didapatkan hasil perlakuan kontrol warna awal ikan sepat (Trichogaster sp.) pinggiran mata berwarna kuning dan terdapat spot
berwarna putih.Setelah selang waktu 24 jam dibuka toples yang dibungkus plastik
warna merah opada pukul 08.16 didapatkan hasil pengamatan bahwa bagian sirip
anal,perut dan kepala berwarna merah pada menit ke 39,14 detik warna merah pada
bagian perut,kepala dan sirip anal memudar lama kelamaan kembali seperti warna
awal.Dapat disimpulkan bahwa warna tubuh ikan dapat dipengaruhi oleh
lingkungannya,tetapi hal tersebut bersifat sementara karena warna dasar tergantung
faktor genetik,perubahan warna juga dipengaruhi dari tingkat warna yang
diberikan.Hal ini sesuai dengan pernyataan Adisendjaja (2003),selain tidak
berwarna binatang yang hidup diu gua juga tidak mampu melihat warna.Berkaitan
hal tersebut ada aturan yang cukup berlaku umum tetapi tentu ada pengecualian. Aturan
tersebut aturan bloger yang berfungsi pada spesies hewan yang hemoplem
(berdarah panas) pigmen kuning kecoklatan dan merah sangat umum di habitat yang
kering,dan pigmen akan berkurang didaerah beriklim dingin.Secara umum dapat
dikatakan bahwa warna hanya dapat terlihat pada bagian yang terkena cahaya
sinar matahari.
Menurut Ardi (2011), hubungan antara warna terhadap nilai
panjang gelombang :
Warna
|
Panjang
gelombam (nm)
|
Merah
|
780-622
|
Jingga
|
622-597
|
Kuning
|
597-577
|
Hijau
|
577-492
|
Biru
|
492-455
|
Nila
|
455-424
|
Ungu
|
424-390
|
4.3 Faktor Koreksi
Faktor yang dapat dijadikan koreksi dalam praktikum kali
ini adalah sebagai berikut :
·
Pada
saat pengamatan fototaksis praktikan kurang teliti dalam mengamati ikan
sehingga data yang dihasilkan kurang akurat.
·
Pada
saat praktikum berlangsung terjadi kerusakan alat yaitu aerasi sehingga aerasi
yang diberikan pada oikan juga terlambat hal ini tentunua akan mempengaruhi
pola oksigen.
·
Kesalahan
prosedur kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan,tentu dapat mempengaruhi data
hasil pengamatan.
·
Plastik
yang digunakan pada pewarnaan yang digunakan terlalu tipis sehingga membutuhkan
plastik yang lebih banyak untuk mendapatkan hasil penyerapan yang maksimal.
4.4 Manfaat Di Bidang
Perikanan
Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum kali ini
adalah sebagai berikut :
·
Pada
praktikum fototaksis pada ikan kita dapat mengetahui pola distribusi pada ikan
dan tentunya mempermudah proses penangkapan jenis ikan tertentu.
·
Pada
praktikum pewarnaan rubuh ikan kita bisa menyediakan tempat usaha budidaya yang
sesuai.
·
Dengan
mengetahui jenis fototaksis pada ikan kita bisa memperkirakan waktu untuk
penangkapan ikan.
·
Kita
bisa mengetahui sifat hidup ikan yang terlihat pada warna pada tubuhnya.
·
Pada
praktikum fototaksis kita dapat mengetahui panjang gelombang spektrum yang akan
mem pengaruhi kualitas air.
5.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan kali ini,dapat ditarik beberapa
kesimpulan diantaranya adalah sebagai berikut :
-
Fototaksis
dalah gerak taksis yang disebabkan oleh adanya rangsangan berupa cahaya.
-
Zat
warna yang ada di kulit sangat berguna untuk menahan cahaya ultraviolet dari
sinar matahari yang dapat merusak jaringan kulit.
-
Tingkah
laku ikan adalah adaptasi dari badan ikan terhadap lingkungan internal dan
eksternal.
-
Fototaksis
ada dua yaitu fototaksis negatif adalah gerak pindah ikan untuk sumber cahaya
sedangkan fototaksis positif adalah
gerak pindah tempat ikan
-
Ada
dua unsur pembentuk warna yaitu skemakrom dipengaruhi dari lingkungan dan biokrom adalah pengaruh dari dalam tubuh
organisme
-
Biokrom
ada dua macam yaitu guanophore dan kromatophore
-
Kromatophore
dibagi menjadi tiga jenis yaitu melanophore adalah peka terhadap warna
gelap,hijau dan hitam,eritrophore adalah peka terhadap warna merah,sedangkan
xantophore adalah peka terhadap warna kuning
-
Anti
koagulan dibedakan menjadi empat macam yaitu Na sitrat,Na
fisiologis,Heparin,EDTA
-
Hasil
pengamatn pengamatan kelompok 7,ikan nila (Oreochromis
niloticus)fototaksis negatif, ikan mas (Cyprinus
carpio)fototaksisnya positif,udang galah (Macrobrachium rossenbergii) jenis fototaksis negatif.Pada ikan
patin (Pangasius hyphopthalmus)
fototaksis negatif, ikan bawal merah (Colossoma
macropomum)fototaksis negatif, ikan sepat (Trichogaster sp.) fototaksis positif.
-
Hasil
pewarnaan pada kelompok 7 dengan perlakuan plastik warna merah didapat warna
merah pada perut,kepala dan sirip anal.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan harus berhati-hati jika melakukan
pengamatan di laboratorium sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
seperti memecahkan toples.
DAFTAR PUSTAKA
Adisendjaja
dan Y. Hilmi. 2003. Warna dan Maknanya
dan Kehidupan. http://file.up.ealdirectorydalam%20kehidupan.pdf.
Diakses pada tangal 29 April 2011 pukul 20.00 WIB.
Agus I.
2010. Budidaya Ikan Nila. http://pemancingan.com/budidaya_ikan_nila. Diakses pada tanggal 29 April 2011 pukul
20.00 WIB.
Djarijah
dan A. Siregar. 2001. Pembenihan Ikan Mas.
Kanisius. Yogyakarta.
Khairuman
dan Khairul Amri. 2003. Petunjuk Praktis
Memancing Ikan Air Tawar. Agromedia Pustaka. Depok.
Kimball,
John W. 1983. Biologi Jilid 2.
Erlangga. Jakarta.
Kordi,
M. G.H. 2010. Panduan Lengkap Memelihara
Ikan Air Tawar di Kolam Terpal. Andi Offset. Yogyakarta.
Kordi,
M.G.H. 2010. Budidaya Ikan Nila di Kolam
Terpal lebih mudah, lebih murah, lebih untung. Lili Publisher. Yogyakarta.
Kurnia,
Agus. 2010. Effect of Pacoccus sp. And Their Genetically
Modified on Skin Colaration of Real Sea Bream. Journal of Bioscience. http://journal.ipb.ac.id/index.pdf. Diakses tanggal 6 Mei 2011 pukul 10.00 WIB.
Moller
and Stephan, CF. Neuhauss. 2010. Behavioral
Neurobiology: How Larva Fish Orient Toward The Light. http://www.imit.towards.02h.ch/static/cms_publitions/neuhauss/literatur/2010/289.pdf. Diakses pada tanggal 6 Mei 2011 pukul 13.00
WIB.
Ostima
dan A. Kasai. 2002. Iridophores Involved
in Generation of Skin Center in The Zebra Fiah, Branchidanio rerio. http://rinorg.uk/news. Diakses pada tanggal 6 Mei 2011 pukul 13.00
WIB.
Prinandoyo.2005.
Pewarnaan pada Ikan. http://staffundip.ac.id/2011/. Diakses pada tanggal 28 April 2011 pukul
13.00 WIB.
Purwakusuma.
2010. Warna pada Ikan. http://o-fish.com/warna/warnaphp/. Diakses pada tanggal 4 Mei 2011 pukul 19.00
WIB.
Rustidja.
1996. Marcolorinasi Ikan Nila.
Universitas Brawijaya. Malang.
Said,
D.S. Triyanto dan N Fauzi. 2006. Adaptasi
Jenis Makanan untuk Pertumbuhan Ikan Pelangi (Iriantherina wetheri) jurnal.
Sudarsono
dan Moyoginta. 2010. Pengaruh Kromanium
dalam Pakan Terhadap Kadar Glukosa Darah, Koesien Respirator, Ekstkresi NH3-N
dan Pertumbuhan Ikan Gurami; Vol. 10 No. 1 hal. 25-29.
Sugito, Wahyu, S. Firdausi dan S. Mahmudah. 2005. Pengukuran Panjang Gelombang Sumber Cahaya
Berdasarkan pada Interferensi Celah Banyat. http://journal-panjang_gelombang.pdf. Diakses pada tanggal 2 Mei 2010 pukul 08.50
WIB.
Suherman,
A.2002.Analisis Hasil Tangkapan Mini
Purse Serne Menggunakan Alat Basis Cahaya. http://repository.ipb.ac.id/bilstream/handle.pdf . Diakses pada tanggal 28 Aprl 2011 pukul
11.00 WIB.
Sulaiman,
M. 2008. Reaksi Terhadap Intensitas
Cahaya Berwarna. http://www.damandisi.or.id/file/muhammadsulaiman.pbhp.pdf. Diakses pada tanggal 6 Mei 2011 pukul 11.00
WIB.
Thorstant,
B. Eva, I. A. Fleming and T. F. Haesso. 2002. Aquatic Telementry Kluwer Academic Publisher. Wetherlands.
Utami,
E. 2006. Analisis Respons Tingkah Laku
Ikan Pepetek Iseather Instutor Terhadap Intensitas.pdf. Diakses pada tanggal
28 April 2011 pukul 23.00 WIB.
Weichert,
C. 1959. Elements of Corile Anatomy.
Mc. Graw Hill. New York.
No comments:
Post a Comment