Bahan Makanan Tambahan
(food Addictive)
A.
Pengertian Bahan
Makanan Tambahan
Bahan makanan tambahan (food addictive) adalah
substansi yang ditambahkan ke dalam makanan untuk menambah rasa atau
memperbaiki citrasa dan penampilan makanan itu sendiri. Begitu banyak food
additive ini beredar di pasaran, belum menjamin apakah sepenuhnya aman meski
disetujui FDA di Amerika. (Anonymous,2010)
Berbagai studi yang menguji keamanan zat tambahan pada
makanan ini hanya didasarkan pada uji coba binatang. Sulit untuk menentukan
apakah hasil studi pada binatang juga berlaku sama pada manusia, meskipun
sejumlah studi menunjukkan bahwa sejumlah zat tambahan dapat menyebabkan
kanker. (Anonymous,2010)
Penggunaan Bahan Tambahan makanan yang tidak memenuhi syarat
termasuk bahan tambahan memang jelas-jelas dilarang, seperti pewarna, pemanis
dan bahan pengawet. Pelarangan juga menyangkut dosis penggunaan bahan tambahan
makanan yang melampaui ambang batas maksimum yang telah ditentukan (Effendi,
2004). Batas maksimum penggunaan siklamat adalah 500 mg – 3 g/kg bahan,
sedangkan untuk sakarin adalah 50-300 mg/kg bahan (Depkes, 1997). Batas
Maksimun Penggunaan pewarna sintetik yang dizinkan seperti Pancrew 4 R :
300mg/Kg bahan makanan, tatrazin, brilliant blue dan sunset yellow : 100mg/Kg
bahan makanan (Depkes, 1998).
Penggunaan
bahan tambahan atau zat aditif pada makanan semakin meningkat, terutama setelah
adanya penemuanpenemuan termasuk keberhasilan dalam mensintesis bahan kimia
baru yang lebih praktis, lebih murah, dan lebih mudah diperoleh. Penambahan
bahan tambahan/zat aditif ke dalam makanan merupakan hal yang dipandang perlu
untuk meningkatkan mutu suatu produk sehingga mampu bersaing di pasaran. Bahan
tambahan tersebut diantaranya: pewarna, penyedap rasa dan aroma, antioksidan,
pengawet, pemanis, dan pengental (Winarno, 1992).
B.
Macam Macam Bahan Makanan Tambahan
Secara
umum bahan tambahan/aditif ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
(1) Aditif sengaja yaitu aditif
yang secara sengaja ditambahkan untuk meningkatkan konsistensi, citarasa,
mengendalikan keasaman/kebasaan, dan memantapkan bentuk dan rupa
(2)
Aditif tidak sengaja yaitu
aditif yang memang telah ada dalam makanan (walaupun sedikit) sebagai akibat
dari proses pengolahan (Winarno, 1992).
Kami mencoba
mengulas sejumlah zat (mungkin belum seluruhnya) zat aditif, yang dikategorikan
r16;bendera merah r17; sampai ada perkembangan lebih lanjut. Lebih baik
berhati-hati, karena dampaknya langsung pada kesehatan.
1.
Sodium nitrite
Sodium nitrite biasanya ditambahkan pada bacon, ham, hot dog, daging merah, ikan yang diasap dan corned beef untuk nmenstabilkan warna merah dan menambah rasa. Zat tambahan ini mencegah pertumbuhan bakteri, namun studi menunjukkan zat ini jika dimakan dapat menyebabkan berbagai jenis kanker. "Zat ini berada di daftar teratas yang harus dicoret dari daftar menu,r1; ujar Christine Gerbstadt, M.D., M.P.H., R.D., L.D.N., jurubicara untuk American Dietetic Association (ADA). "Di bawah kondisi pengolahan dengan panas tinggi seperti pemanggangan, sodium nitrite dapat berubah menjadi senyawa reaktif yang menunjukkan dapat menyebabkan kanker.r1;
2.
BHA and BHT
Butylated hydroxyanisole (BHA) dan butylated hydrozyttoluene (BHT) termasuk zat aditif yang harus dihindari. Mereka digunakan sebagai antioksidan untuk mengawetkan makanan dengan cara mencegah terjadinya oksidasi pada makanan. BHA dan BHT digunakan mempertahankan lemak dan minyak dari proses tengik, lazim ditemukan pada sereal, permen karet, potato chips dan minyak sayur, namun ada keprihatinan zat tersebut menyebabkan kanker. r0;Struktur BHA dan BHT akan berubah selama proses pengolahan makanan, dan kemungkinan membentuk sebuah senyawa yang bereaksi dengan tubuh,r1; Gerbstadt. Gerbstadt menambahkan meskipun zat tersebut tidak ditujukan untuk memberi orang r16;kankerr17; namun bagi sebagian orang, dalam waktu tertentu, mungkin memiliki risiko itu.
3.
Propyl gallate
Propyl gallate adalah zat aditif lain yang harus dihindari. Zat ini dipakai untuk mencegah lemak dan minyak menjadi rusak dan biasanya dipakai bersamaan dengan BHA dan BHT. Zat aditif ini kadang-kadang ditemukan pada produk daging, sup berbahan dasar ayam, dan permen karet. Propyl gallate tidak terbukti menyebabkan kanker, namun beberapa studi yang ditemukan pada hewan menunjukkan zat ini dikaitkan dengan kanker, jadi waspadailah zat aditif ini. "Penting bagi setiap konsumen untuk selalu membaca label pada bungkus makanan,r1; pesan Gerbstadt. "Anda harus teliti. Saya sendiri tak keberatan mengecek makanan yang saya beli dan memastikan mereka tidak mengandung zat pengawet berbahaya.r1;
4.
Monosodium glutamate
Monosodium glutamate merupakan asam amino yang digunakan sebagai penambah rasa pada sup, salad dressings, kentang goring, makanan yang dibekukan dan menu di restoran. MSG lazim dikaitkan dengan bumbu dan makanan Asia. MSB bisa menyebabkan sakit kepala dan mual pada sebagian orang. Studi pada hewan menunjukkan MSG dapat merusak sel-sel saraf pada bayi tikus. Gerbstadt menyarankan untuk mengganti MSG dengan sejumlah kecil garam bila memungkinkan. r1;Mengapa harus memakai MSG jika kita dapat hidup tanpanya?r1; ujar dia. r1;MSG bisa menyebabkan keluhan mirip migren dan sakit kepala. Untuk menambah rasa, tambahkan saja sedikit garam.r1;
5.
Trans Fats
Trans fat alias lemak trans masuk ke r16;daftar merahr17; karena mengonsumsi terlalu banyak zat ini akan menuntun terjadinya sakit jantung. r0; Lemak trans terbukti menyebabkan sakit jantung, dan menciptakan kondisi yang tepat untuk terjadinya stroke, serangan jantung, gagal ginjal dan kehilangan fungsi anggota badan karena penyakit pembuluh darah,r1; ujar Gerbstadt. "Sangat luar biasa jika lemak trans ini dilarang.r1; Sejumlah pabrikan telah memodifikasi kandungan produk untuk mengurangi jumlah lemak trans dan disyaratkan mencantumkan kandungan lmak trans pada label makanan, namun restoran, khususnya yang menyajikan hidangan fast food, masih menyajikan makanan dengan banyak kandungan lemak trans. Para pakar menyarankan kita mengonsumsi lemak trans tidak melebihi 2 gram per hari, jumlah yang dengan mudah dihitung jika Anda mengonsumsi daging merah dan susu.
6.
Aspartame
Aspartame atau aspartam, juga dikenal dengan brand Nutrasweet dan Equal, merupakan aditif yang ditambahkan pada makanan diet seperti makanan rendah kalori, gelatin, campuran minuman dan soft drinks. Aspartam ini juga dikemas sendiri sebagai pemanis pengganti gula. Keamanan dari aspartam, sebuah kombinasi antara dua asam amino dan metanol, menjadi fokus ratusan studi para ilmuwan. Kesimpulan dari FDA, WHO dan FAO bahwa zat aditif ini aman. Sebaliknya, Center for Science in the Public Interest memberikan peringkat paling rendah dalam mereviwi zat aditif pada makanan, dengan mengutip studi yang dilakukan pada 1970 dan 2007, yang menegaskan ada hubungan antara aspartam dan kanker. Gerbstadt, juru bicara ADAr12;sebuah organisasi yang mendukung keamanan umum dari aspartam, mengatakan zat aditif ini kemungkinan tidak sehat bagi sebagian orang, khususnya mereka yang punya penyakit phenylketonuria, sebuah gangguan enzim, karena zat itu mengandung phenalalanine. "Sebagian orang mungkin sensitif, jadi sebaiknya hindari,r1; saran dia.
7.
Acesulfame-K
Ini merupakan pemanis buatan yang relatif baru, disetujui oleh FDA pada 1998 untuk pemakaian di soft drinks. Pemanis buatan ini juga ditemukan pada produk roti, permen karet dan gelatin untuk makanan pencuci mulut. Acesulfame-Kr12; huruf "K" merupakan symbol kimia untuk potasiumr12;dianggap 200 kali lebih manis ketimbang gula. Sejumlah studi menunjukkan bahwa zat aditif ini bisa menyebabkan kanker pada tikus. Namun sejauh ini belum ada kesimpulan apakah acesulfame-K berbahaya. Masih dibutuhkan studi lanjutan.
8.
Olestra
Olestra, sebuah lemak sintetis yang juga dikenal dengan merek Olean dan ditemukan pada sejumlah brand potato chips, mencegah lemak diserap sistem pencernaan. Zat ini sering kali menyebabkan diare, kram perut dan gas. "Jika Anda makan lemak saat mengonsumsi Olestra, lemak hanya akan lewat saja,r1; ujar Gerbstadt. Yang lebih signifikan, Olestra menghambat penyerapan vitamin yang dibutuhkan tubuh seperti vitamin yang larut lemak yang ditemukan pada sayur dan buah.
Dua zat lain yang dimasukkan daftar adalah gula putih dan garam. Kedua zat ini, jika dikonsumsi berlebihan akan mengganggu kesehatan. Garam, dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh. Kelebihan garam berbahaya bagi fungsi tubuh karena berdampak pada fungsi kardiovaskular, menuntun tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke dan gagal ginjal. (msn)
C.
Bahan Tambahan Makanan
yang Dilarang
Menteri kesehatan, prof. Dr. F. A. Moeloek menegaskan dalam peraturan menteri
kesehatan republik Indonesia Nomor 1168/menkes/per/x/1999 Tentang Perubahan
atas peraturan menteri kesehatan Nomor 722/menkes/per/ix/1988 tentang Bahan
tambahan makanan.
BAHAN TAMBAHAN YANG
DILARANG DIGUNAKAN DALAM MAKANAN
1.
Asam Borat (Boric Acid) dan senyawanya
2.
Asam Salisilat dan garamnya (Salicylic Acid and its salt)
3.
Dietilpirokarbonat (Diethylpirocarbonate DEPC)
4.
Dulsin (Dulcin)
5.
Kalium Klorat (Potassium Chlorate)
6.
Kloramfenikol (Chloramphenicol)
7.
Minyak Nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils)
8.
Nitrofurazon (Nitrofurazone)
9.
Formalin (Formaldehyde)
10. Kalium Bromat (Potassium
Bromate)
No comments:
Post a Comment